Belajar Dari Pengalaman Mancanegara
KELETIHAN tak menghalangi terkembangnya sebuah senyum ramah dari alumni PSIK Banda Aceh ini, saat ditemui dan berbincang di ruang kerjanya, Kamis (2/6) petang.
Tampak, raut wajah perempuan kelahiran Aceh Besar 23 Februari 1960 ini menyiratkan keletihan.
Namun dari bilik ruang kerjanya yang sederhana itu, ia tetap bersemangat berbagi kisah tentang pengabdian, komitmen, hingga pengalamannya dalam mengikuti berbagai pelatihan di belahan bumi ini. “Alhamdulillah, kini Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin berhasil memperoleh Akreditasi Paripurna. Akreditasi ini hendaknya dimaknai sebagai langkah untuk quality improvement (meningkatkan kualitas) dan keselamatan pasien,” tuturnya bernada lembut.
Lengkapnya wanita ini bernama Ns. Zuraini Miz, S.Kep.
Perempuan berusia 56 tahun itu, kini dipercayakan mengemban amanah, sebagai Kepala Bidang Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh.
Zuraini menjelaskan, akreditasi tertinggi RSUDZA dengan predikat Paripurna atau setara dengan RS bintang lima merupakan pengakuan dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Perempuan ramah itu juga mengungkapkan, setelah mendapat akreditasi paripurna semua aktivitas pelayanan kepada masyarakat, akan diawasi oleh Tim Pengawas Akreditasi Pusat. “Ini tentunya menjadi pemicu semangat kita dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Alhamdulillah, setiap senin pagi setelah apel, semua manajemen secara rutin sudah mengadakan rapat dan memaparkan kinerja masing-masing. Tidak ada yang berat kala kita jalankan karena semua sudah ada SOP (standar operasional prosedur),” ujarnya optimis.
Mencari sosok perawat yang sukses di Aceh sebenarnya banyak, banyak sekali, terutama jika ukurannya adalah materi.
Namun mencari perawat yang bisa menginspirasi, memberi motivasi dan mau berjuang untuk memajukan dunia keperawatan, ini yang mungkin masih bisa dihitung dengan jari.
Salah satunya adalah Zuraini Miz. Sosok Ibu Zur bisa jadi adalah teladan bagi kita semua.
Banyak sudah torehan pengalaman dan prestasi yang telah diukir wanita murah senyum ini. Untuk kursus dan pelatihan, ia pernah mengikuti training Emergency and Ambulance 118 di RSCM Jakarta tahun 1986. Alumni MIN Montasik ini juga tercatat sebagai peserta pelatihan Operating Room Management (manajemen kamar operasi) dan Deli Veering Quality Management di Singapore tahun 2006.
Tidak hanya itu, mantan Kepala IGD dan Kasie Keperawatan RSUZA Banda Aceh ini juga pernah mewakili Aceh dalam program Nurse Exchange di Brunai Darussalam, tahun 1997 hingga 2000.
Sejumlah training dan kursus lainnya yang pernah beliau ikuti adalah; Asean Japan Nursing Seminar di Kuala Lumpur, Waste Management (manajemen pengelolaan limbah), West Managemen CHRU di Perancis tahun 2007, dan kursus Surgical Nursing and Operating Room Technique di Tokyo Jepang, tahun 1997 – 1988.
Di Negara Matahari Terbit itu, perempuan yang kerap disapa Bu Zur ini juga menyempatkan diri mendalami manajemen keperawatan. “Saya sering diajak kunjungan untuk observasi di berbagai RS disana,” kenang alumni Akper Banda Aceh itu.
Awal tahun 1997 hingga pertengahan tahun 2000, ia juga pernah meniti karier dan menjalani tugas kerja keperawatan di Rumah Sakit Raja Istri Pangeran Anak Salehah (RIPAS), Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam. Program yang berlangsung selama tiga tahun tersebut merupakan implementasi dari bentuk kerjasama antara Depkes RI dengan Departemen Kesehatan Brunai Darussalam. “Saat itu banyak yang ikut tes tapi sedikit yang lulus, dari Aceh hanya saya sendiri,” bebernya.
Nr. Zuraini Miz mengaku banyak pengetahuan yang diperoleh dan tidak ingin menyianyiakan pengalaman internasional yang dimilikinya. “Ada pelajaran berharga yang saya peroleh dan berbagi pengalaman adalah harapan saya. Saya berusaha agar ilmu dan pengetahuan yang saya dapatkan di sana, bisa saya implementasikan di sini,” ungkapnya.
Bu Zur juga menjelaskan bahwa RSUDZA Banda Aceh kini terus melakukan berbagai perbaikan dan pembenahan.
Upaya tersebut, diantaranya melalui peningkatan kualitas pelayanan, peningkatan mutu manajemen RS dan penambahan berbagai fasilitas, serta pengetahuan, wawasan dan keterampilan kepada seluruh staf BLUD RSUZA, sesuai dengan Tupoksi (tugas pokok dan fungsi) serta bidang masing-masing.
“Harapan kita adalah pelatihan di bidang keperawatan dapat berjalan secara kontinyue, dalam hal ini termasuk pengembangan SDM dan penguasaan Bahasa Inggris sehingga tenaga medis kita nantinya memiliki skill dan mampu bersaing dengan tenaga medis dari luar negeri, apalagi era MEA kini sedang berlangsung,” pungkas sosok bersahaja itu. (rid)