Pengenalan Terhadap Stroke

dr. Suherman, Sp. S
dr. Suherman, Sp. S

STROKE merupakan suatu penyakit neurologi yang sangat ditakuti. karena jika terkena stroke, maka banyak problem yang akan muncul pada saat serangan maupun setelah serangan stroke terjadi.

Problem yang dihadapi penderita stroke bukan hanya kematian, stroke juga dapat mengakibatkan kecacatan fisik dan mental yang berdampak pada sosio-ekonomi.

Penderita paska stroke yang menderita kecacatan menjadi tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sebelumnya, sehingga kehilangan pendapatan untuk dirinya dan keluarga.

Hal itu menyebabkan ketergantungan pada orang lain yang pada akhirnya dapat menyebabkan depresi pada penderita stroke. Faktor risiko untuk terjadinya stroke merupakan suatu multifaktorial dan bukan karena penyebab yang tunggal.

Stroke antara lain diklasifikasikan ke dalam potensialitas untuk dimodifikasi, yaitu;

  • Non modifikasi atau disebut juga suatu kondisi yang tidak dapat kita rubah baik berdasarkan pola hidup, gaya hidup maupun pengobatan.
  • Modifikasi ayau suatu kondisi yang pada sebenarnya bisa kita rubah, atau kita cegah baik dengan pola hidup, gaya hidup ataupun pengobatan.
Ilustrasi
Ilustrasi

Definisi Stroke
Stroke adalah suatu gangguan neurologis (defisit neurologis), baik lokal maupun global yang berkembang cepat (akut) akibat gangguan fungsi otak dengan gejala – gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular.

Klasifikasi Stroke
Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya
1. Stroke iskemik yang lazim disebut sumbatan
2. Stroke hemorragik yang lazim disebut perdarahan

1. Faktor Risiko Stroke Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a. Umur
Umur merupakan faktor risiko yang kuat berhubungan dengan terjadinya stroke. Angka kejadian stroke meningkat seiring dengan meningkatnya umur.

Sebuah penelitian menunjukkan terjadi peningkatan angka kejadian stroke per 10.000 penduduk yaitu 22 % pada kelompok umur 45-55 tahun, 32 % pada kelompok umur 55 – 64 tahun, dan menjadi 83 % pada kelompok umur 65-74 tahun.

Risiko stroke pada umur 75 tahun adalah 5 kali dibanding umur 65 tahun dan pada umur 80 tahun menjadi 30 kali dibanding umur 50 tahun.

b. Jenis Kelamin
Angka kejadian stroke pada laki-laki lebih besar daripada wanita (1,3 :1) dan berbeda menurut tipe stroke. Namun pada kelompok umur 35-44 tahun dan di atas 85 tahun, angka kejadian stroke pada wanita sedikit lebih besar dibanding pria.

Selama premenopause, wanita lebih sedikit risiko mengalami stroke dibanding pria, namun setelah menopause keduanya mempunyai risiko sebanding.

c. Ras (suku bangsa)
Ras atau suku bangsa juga merupakan salah satu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, diketahui bahwa ras kulit hitam lebih mempunyai risiko untuk terkena stroke dibandingkan ras berkulit putih. Pada ras kulit hitam lebih banyak sekitar 38% dibandingkan dengan ras kulit putih.

d. Keturunan/genetik
Stroke merupakan penyakit kompleks yang dipengaruhi faktor genetik dan lingkungan. Riwayat keluarga juga merupakan faktor risiko stroke. Jika salah satu orang tua baik ibu maupun ayah menderita stroke maka akan membuat risiko stroke meningkat. Faktor risiko ini mungkin disebabkan oleh genetik terhadap risiko stroke, kultural dalam keluarga atau lingkungan, atau merupakan kombinasi dari genetik dan faktor lingkungan.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi

Penyakit hipertensi
Hipertensi merupakan faktor risiko yang menyebabkan angka kejadian yang tinggi pada stroke, baik iskemik maupun hemoragik.

Hubungan stroke baik pada tekanan darah, sistolik maupun diastolik. Penurunan tekanan darah diastolik 5-6 mmHg dan tekanan sistolik 10-12mmHg dapat menurunkan kejadian stroke sebesar 35-40 %. Hipertensi baik sistolik maupun diastolik merupakan faktor risiko stroke yang penting setelah faktor umur. Risiko stroke pada penderita hipertensi 1,5 kali dibanding normotensi.

Dari suatu penelitian dilaporkan bahwa risiko stroke meningkat 3,1 kali pada pria dan 2,9 kali pada wanita penderita hipertensi dengan tekanan darah 160 / 90 mmHg dibanding tensi yang normal.

Merokok
Perokok aktif sudah lama dikenal sebagai faktor risiko stroke.

Merokok merupakan kondisi meningkatnya risiko stroke, terutama pada usia muda. Lebih dari seperempat kasus stroke diakibatkan secara langsung oleh merokok, dan tergantung pada jumlah rokok yang diisap perhari dan lama merokok.

Efek patofisiologi merokok adalah multifaktorial baik pada pembuluh darah dan komponen darah. Merokok menyebabkan berkurangnya elastisistas pembuluh darah yang menyebabkan peningkatan kekakuan dinding pembuluh darah. Selain itu merokok juga berhubungan dengan peningkatan kadar fibrinogen, agregasi trombosit, pengurangan kadar kolesterol high density lipoprotein (HDL) yang lazim disebut cholesterol baik dan peningkatan hematokrit.

Jika merokok, risiko terkena serangan stroke iskhemik pada pria 2,5 dan pada wanita 3,1 kali.

Diabetes mellitus
Studi kasus kontrol dan studi epidemiologi mendapatkan efek tidak langsung diabetes terhadap terjadinya stroke iskemik dengan peningkatan risiko sebesar 1,8 – 8 kali.

Beberapa studi menunjukkan pasien non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM) mempunyai risiko stroke 2-4 kali, dibanding pasien non diabetes.

Peninggian tekanan darah pada Diabetes tipe 2 sekitar 40%60% pada dewasa dan kombinasi hiperglikemia dengan hipertensi menaikkan komplikasi diabetes termasuk juga stroke.

Stenosis arteri karotis asimtomatis (penyempitan pembuluh darah karotis). Penderita stenosis arteri karotis asimptomatis mempunyai faktor risiko terhadap stroke, sekitar 7 % pada laki-laki dan 5% pada wanita pada usia lebih atau sama dengan 65 tahun, didapatkan stenosis arteri karotis >50 %. Iskemik serebral ataupun stroke sering muncul pada kondisi stenosis > 75%.

Penyakit sikle sel (kelainan bentuk sel darah merah)
Penyakit sikle sel merupakan suatu penyakit genetik autosomal dominan dengan abnormalitas pada gen, pada pembentukan struktur haemoglobin. Walaupun secara klinis sangat bervariasi.

Namun akan menunjukkan suatu gejala anemia hemolitik.

Atrium Fibrilasi (gangguan irama jantung yang cepat)
Penyakit jantung dihubungkan dengan meningkatnya risiko stroke iskemik, terutama pada atrium fibrilasi, iskemia jantung, penyakit jantung kongestif. Kelainan kongenital dan penyakit katup jantung, penyakit jantung koroner dan penyakit jantung rematik menahun.

Diperkirakan 20 % stroke iskemik disebabkan emboli kardiogenik. Fibrilasi atrium 3, merupakan faktor risiko penting, dimana risiko stroke pada pasien fibrilasi atrium nonvalvular sebesar 3-5%.

Pada suatu penelitian, didapat peningkatan risiko stroke pada penderita fibrilasi atrium, berhubungan dengan peningkatan usia dari 1,5 % pada usia 50- 59 tahun menjadi 23,5 % pada usia 80-89 tahun.

Risiko terjadinya stroke pada penderita fibrilasi atrium 6 kali lebih tinggi dibanding tanpa fibrilasi atrium dan pada penderita fibrilasi atrium bersamaan dengan penyakit katup jantung, risiko stroke menjadi 17 kali.

Penyakit pembuluh darah otak (Iserebro vaskuler)
Penyakit ini berhubungan dengan adanya penyakit jantung dengan atau tanpa gejala. Didasarkan pada Framingham Heart study, sebanyak 8% pria dan 11% wanita akan mengalami stroke dalam 6 tahun setelah menderita infark miokard.

Infark miokard dihubungkan dengan perkembangan fibrilasi atrium dan sumber emboli jantung.

Hiperlipidemia (peninggian kadar lemak darah)
Abnormalitas pada serum lipid ( trigliserida, kolesterol,Low Density lipoprotein(LDL) dan Hight Density lipoprotein (HDL) secara tradisional akan menunjukkan risiko untuk penyakit arteri karotis tetapi bukan untuk penyakit darah otak. Namun akhir-akhir ini ditunjukkan bahwa ada hubungan antara lipid dan stroke, seperti ditunjukkan bahwa risiko stroke akan menurun dengan pemberian obat penurun kolesterol.

Kegemukan (obesitas)
Obesitas adalah didefinisikan bila Body Mass Index (BMI) diatas 30 kg/m2.

Prevalensi obesitas meningkat dengan meningkatnya umur dan obesitas meningkatkan tekanan darah. Selain itu juga, kadar gula darah dan kadar lemak darah.

Beberapa studi mendapatkan obesitas abdominal lebih erat hubungannya dengan risiko terjadinya stroke, dibanding obesitas umum / body mass index (BMI ) dengan risiko relatif sebesar 2,33.

Pada wanita yang obesitas peningkatan risiko stroke iskemik berhubungan dengan peningkatan tingkatan BMI dengan risiko relatif sebesar 1,75 pada BMI 27-28,9 kg/m2, risiko relatif sebesar 1,90 pada BMI 29 -31,9 kg/m2 dan risiko relatif sebesar 2,37 pada BMI diatas 32 kg/m2.

Obesitas memegang peranan pada pembentukan aterogenesis dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke embolik.

Alkoholik
Peran alkohol sebagai faktor risiko stroke masih kontroversial.

Alkohol menyebabkan stroke melalui beberapa mekanisme, meliputi peningkatan tekanan darah, peninggian koagulitas darah, aritmia kordis. Dan pengurangan aliran darah serebral. Pada penelitian didapatkan frekwensi konsumsi alohol mempunyai efek langsung dengan terjadinya stroke hemoragik, sedangkan untuk infark serebral, frekwensi konsumsi alkohol dan lama mengkonsumsi alkohol berhubungan dengan risiko stroke pada dewasa muda.

Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik yang teratur dikenal dengan baik memberi keuntungan untuk mengurangi risiko kematian prematur dan penyakit pembuluh.