HOBIC, Healthy And Brotherhood
TEPAT pukul 07.00 WIB, belasan lelaki dan wanita dari berbagai strata umur memacu sepeda gunung keluar melintasi pintu gerbang RSUDZA lama atau tak jauh dari IGD lama. Hari itu adalah Sabtu, seperti pekan pekan sebelumnya.
Itulah rutinitas gowes bareng yang telah berlangsung tujuh tahun lebih yang dimotori oleh kalangan staf medis dan non medis RSUDZA Banda Aceh. Komunitas gowes bareng yang mengusung motto healthy and brotherhood atau sehat dan persaudaraan itu diberi label, HOBIC (Hospital Bike Commonity).
Sejak dideklarasikan tujuh tahun silam, komunitas goweser itu berkembang secara pesat, dengan jumlah anggota yang mencapai nyaris 200 orang pria dan wanita.
HOBIC tak lagi didominasi oleh punggawa RSUDZA, tapi membuka diri terhadap keanggotaan dari lapisan manapun. “Kami bukanlah organisasi ekslusif, tapi terbuka untuk siapapun. Karena misi utama kita membudayakan bersepeda, hidup sehat serta membangun hubungan silaturahmi,” ujar drg Mukhlis Noer, Ketua HOBIC yang lazim disapa PK oleh para anggotanya.
Dengan konsep terbuka itu, keanggotaan HOBIC mencakup lintas umur dan lintas profesi. Jangan heran ketika anda mendapatkan personil TNI/Polri di absen hadir setiap gowes HOBIC. Kali lain juga hadir akademisi dari Unsyiah dan UIN selevel profesor, atau juga gowes itu melibatkan praktisi perbankan dan figur konsultan level atas.
Dari sisi usia, goweser HOBIC juga datang dari berbagai strata umur. Goweser tertua HOBIC saat ini adalah Teuku Ali Badrisyah atau sering disapa Pak Ali, yang masih melanglang buasa bersama HOBIC dengan usia 79 tahun.
Sementara itu beberapa pelajar SMA juga terlibat dalam gowes bareng HOBIC yang rata-rata mencapai 30 s/d 40 kilometer setiap Sabtunya di seputaran Banda Aceh dan Aceh Besar.
Selain itu juga ada pengusaha jasa konstruksi mapan hingga politisi dan jurnalis sekalipun.
Mereka semua lebur dalam setiap ajang gowes Sabtu HOBIC, tanpa memandang latar belakang atau status sosial. “Kami datang dengan semangat goweser yang mengedepankan persuadaraan dan ukhuwah. Tak ada bicara kepentingan politik, kedinasan atau tendensi di luar rutinitas gowes itu sendiri. Ini yang membuat kami terekat secara erat dalam jalinan emosional persaudaraan,” ujar drg Mukhlis Noer yang diiyakan oleh dr T Thaib SpA dan Prof Rusdi Ali Muhammad, dua orang goweser senior HOBIC.
HOBIC memang telah berhasil membawa misinya membumikan budaya bersepeda, sekaligus membangun persaudaraan. Hal itu dibuktikan dengan eksisnya komunitas bersepeda gunung itu hingga kini, dengan gowes bareng Sabtunya.
Tidak hanya melakoni aksi gowes bareng, HOBIC juga melakukan kegiatan sosial, berupa penyantunan yatim, sumbangan pakaian bekas hingga buka puasa bareng. Dan tentu saja juga kunjungan acara suka dan duka ke rumah para anggotanya.
Untuk memberikan suasana baru bagi anggotanya, HOBIC juga melakukan gowes lintas kabupaten, propinsi hingga mancanegara.
Nyaris seluruh lokasi wisata di Aceh, mulai dari Pulo Aceh, Danau Laut Tawar hingga kawasan rekreasi Blang Kulam Aceh Utara, pernah dijajal oleh goweser HOBIC. Biasanya dalam setiap ebent tersebut dirangkai dengan acara bakar ikan atau pesta kecil ala HOBIC.
Selain itu untuk luar Aceh, HOBIC menggelar tur ke Danau Toba, Danau Singkarak. Manado, Bogor, Batu Malang, Palangkaraya hingga perbatasan Indonesia dengan Papua Nugini. Tur itu kadang juga menggandeng mitra HOBIC seperti penerbangan Garuda Indonesia Airways yang memberikan diskon khusus untuk para hobiclovers, demikian sebutan untuk para member HOBIC.
Sementara untuk tur mancanegara, HOBIC pernah melakukan tur yang fenomenal, yaitu bersepeda hingga ke Tembok Cina, termasuk memacu adrenalis di jalanan Guangzhou. Juga pernah dilakukan tur di Penang Malaysia.
Bahkan beberapa anggota HOBIC juga melakukan gowes untuk menjaga kebugaran fisik di Tanah Suci.
Salah satu figur yang paling setia dalam mengikuti rangkaian tur itu adalah goweser tertua Pak Ali.
“Beliau mengalahkan usianya, ketika berada di sadel sepeda. Bahkan sampai ke Tembok Cina sekalipun,” ujar dr Rusdi Andid SpA, goweser tetap sejak HOBIC dideklarasikan.
Kunci sukses lain dari HOBIC, selain kekompakan yang terus terjaga adalah dukungan dari toko sepeda Serikat Bike yang hingga kini dijadikan sebagai markas HOBIC. Dengan armada Serikat, puluhan sepeda HOBIC ‘digendong’ melanglang buana ke seluruh Aceh hingga Sumut, ke tempat gowes berlangsung.
HOBIC RSUDZA Banda Aceh memang telah membumikan semangat bersepada di Banda Aceh dan sekitarnya. Bersepeda tak lagi dipandang sebagai olahraga level bawah, tapi merambah komunitas mapan sekalipun. Karena bersepeda adalah untuk menjaga kebugaran dan perasaan kebersamaan. Dan roda HOBIC pun terus menggelinding dan bersuara nyaring seiring waktu menggilas zaman.(***)