Keselamatan Pasien Segalanya
KESELAMATAN pasien atau patient safety adalah hal utama dalam pelayanan di sebuah rumah sakit, termasuk tentunya RSUDZA Banda Aceh. Penekanannya adalah pada pelaporan kejadian yang merugikan pasien, pencegahan terhadap kesalahan medis dan pencegahan perawatan yang dapat merugikan kesehatan, serta keselamatan pasien.
Dengan fokus keselamatan pasien seperti itu yang menjadi ‘harga mati’ di RSUDZA Banda Aceh, masyarakat Aceh tidak perlu ragu dengan kualitas jasa pelayanan diberikan para tenaga profesional di rumah sakit sekaliber RSUDZA Banda Aceh.
Konsep keselamatan pasien itu didukung dengan kualitas tenaga medis dan piranti pendukungnya, seperti dokter, perawat, bidan, pegawai dan staf rumah sakit, sudah cukup teruji, mulai knowledge, skill, maupun attitude yang mereka miliki.
Wakil Sekretaris Komite Mutu dan Keselamatan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) dr. Brury Apriadi Husaini menjelaskan hal itu, terkait dengan implementasi patient safety di rumah sakit rujukan terbesar di Provinsi Aceh tersebut.
Pria berkacamata ini menyebutkan, ada enam sasaran keselamatan pasien yang harus dan akan terus di kembangkan oleh RSUDZA untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien di rumah sakit.
Pertama,melakukan identifikasi pasien yang benar, dimana RSUDZA sudah melakukan pemasangan gelang identitas dan gelang risiko pada seluruh pasien yang dirawat, penerapan identifikasi pasien secara verbal ketika pemberian obat, darah/produk darah, pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan klinis, memberikan pengobatan atau tindakan lain serta menggunakan nama dan tanggal lahir dalam melakukan identifikasi pasien.
Kedua, satu aspek penting dalam patient safety adalah Komunikasi Efektif, dimana komunikasi yang akurat, tepat dan dimengerti ini di terapkan pada pelaporan kondisi pasien kritis.
Hand Over dan komunikasi terapetik lainya. RSUDZA juga telah menggembangkan sisitim Komunikasi SBAR dalam sistim pelaporan pasien dan penerapan Read Back pada setiap pemberian intruksi medis.
Ketiga, pengawasan penggunaan obat high alert atau obat dengan pengawasan tinggi.
RSUDZA telah meningkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu diwaspadai. Termasuk memindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke farmasi, penggunaan labeling, pembuatan daftar obat High Alert dan Obat Obatan LASA (Look Alike Sound Alike) yakni obat obatan dengan rupa dan ucapan mirip serta membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja/kurang hati-hati.
Untuk sasaran keselamatan pasien yang ke empat yakni tepat operasi, prosedur dan pasien operasi, RSUDZA sudah menerapkan protokol universal yakni melakukan verifikasi pra operasi, penandaan lokasi operasi dengan melibatkan Pasien pada prosesnya dan menerapkan proses “Time Out” dan mendokumentasikannya pada Surgical Safety Checklist dari WHO Patient Safety (2009).
Dokter murah senyum ini juga menjelaskan bahwa pencegahan dan pengendalian infeksi merupakan tantangan terbesar dalam tatanan pelayanan kesehatan, dan peningkatan biaya untuk mengatasi infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan merupakan keprihatinan besar bagi pasien maupun para profesional pelayanan kesehatan.
Untuk itu RSUDZA telah menerapka sasaran keselamatan pasien yang ke 5 yakni penerapan cuci tangan yang tepat (Hand Hygiene) sesuai standart WHO pada Five Moment.
Kemudian yang terakhir atau yang keenam ialah pencegahan risiko pasien jatuh, Dimana RSUDZA telah mengembangkan assesmen risiko jatuh pada pasien rawat inap dan rawat jalan dan melakukan upaya upaya pencegahan lainnya untuk mengurangi insiden pasien jatuh. Inilah 6 Sasaran Keselamatan pasien yang harus dan akan terus di kembangkan oleh RSUDZA untuk meningkatkan mutu pelayanan dan menjamin keselamatan pasien di rumah sakit,” demikian sebut dr. Brury yang juga menjabat sekretaris komite akreditasi RSUDZA.