RSUDZA Siap Jalankan JKA Plus

KEINGINAN Gubernur Aceh drh Irwandi Yusuf MSc untuk merampingkan program JKA disambut positif oleh semua pihak. Bukan hanya rakyat Aceh secara keseluruhan sebagai peserta JKA yang senang, jajaran rumah sakit pun seperti mendapatkan durian runtuh. Sebagaimana diketahui, selama ini fasilitaspelayanan kesehatan seperti rumah sakit dalam berbagai tipe kerap harus menanggung biaya pengobatan pasien. Soalnya, BPJS Kesehatan kerap tidak menerima klaim yang diajukan rumah sakit, lantaran ada syarat-syarat administrasi yang tak bisa dipenuhi rumah sakit.

Syarat-syarat administrasi itu, antara lain surat keterangan kecelakaan dari polisi bagi pasien yang mendapatkan kecelakaan.

Belum lagi pasien-pasien yang datang dalam kondisi emer gensi. Banyak di antaranya yang belum terdaftar sebagai peserta JKA. Nah, jika yang bersangkutan belum men daftar, tidaklah mungkin BPJS Kesehatan menanggung biaya pengobatan. Akan tetapi, rumah sakit sendiri tidak bisa menolak pasien. Sebagai tempat pelayanan kesehatan, mereka berusaha menyembuhkan terlebih dahulu korban yang dirawat. Namun, ketika sang pasien sembuh dan ternyata BPJS tidak menanggung klaim, maka otomatis rumah sakit menderita kerugian. “RSUDZA hampir setiap bulan ada kasus seperti ini. Ya, antara 50-100 juta tidak bisa diklaim dengan sebaba-sebab seperti di atas itu,” kata Direktur RSUDZA dr Fakhrul Jamal Sp. AN (KIC) dalam bincang-bincang dengan kru RSUDZA Lam Haba, pekan lalu.

Namun, sebagai fasilitas pelayanan publik, pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa. Siapa pun pasien yang masuk RSUDZA, apalagi dalam kondisi emergensi, harus mendapatkan perawatan sebagaimana yang seharusnya. Itu sebabnya, ketika Gubernur Irwandi hendak mengimplementasikan JKA Plus, Fachrul Jamal mengaku sangat senang. Karena bukan hanya menguntungkan pasien, tetapi juga pihak-pihak lain seperti perawat, dokter, dan sebagainya.

Fachrul Jamal merupakan anggota tim task force (gugus tugas) percepatan pelayanan kesehatan program JKRA/JKN bersama-sama dengan SKPA lainnya seperti Dinas Kesehatan Aceh dan Dinas Registrasi Kependudukan Aceh.

Dikatakan, Gubernur Irwandi berkeinginan adanya tim khusus yang membantu secara teknis setiap kesulitan administrasi yang dimiliki pasien. Tim tersebut nanti akan ditempatkan di beberapa rumah sakit, seperti RSUDZA dan RSUD Meuraxa Banda Aceh sebagai proyek percontohan.

Terkait proses pengurusan administrasi, RSUDZA sendiri punya banyak pengalaman. Setelah panandatanganan MoU Helsinki tahun pada Agustus 2005, kata Fachrul Jamal, RSUDZA pernah diminta untuk menyiapkan tim khusus yang bisa membantu mempercepat proses administrasi mantan kombatan GAM yang sedang berobat di RSUZA. Tugas tim ini, mulai dari mencari kamar sampai dengan membantu antrean saat pengurusan obat-obatan. Ada 4 orang yang ditunjuk khusus untuk membangtu administrasi secara teknis itu. “Semua kebutuhan pasien mereka yang urus, termasuk membantu mengurus administrasi untuk mendapatkan obat di apotek,” kata Fachrul Jamal.

Itu sebabnya, kalau Pemerintahan nIrwandi kini meraealisasikan program JKA Plus, bagi rumah sakit milik pemerintah Aceh ini bukanlah hal baru. Hanya perluasan cakupan pelayanan. Jika sebelumnya hanya ditujukan kepada mantan eks kombatan, kini diperluas menjadi seluruh peserta pemegang kartu JKA/ JKN.

“RSUDZA sudah punya pengalaman dulu bagaimana mengurus pasien yang eks kombatan GAM. Saat ini tinggal lagi diperluas cakupannya untuk seluruh pasien JKA,” kata Ketua IDI Wilayah Aceh ini.

Saat ini data-data tentang pasien bisa diakses secara online. Berapa jumlah pasien yang dirawat serta berapa kamar yang kosong, bisa diketahui jajaran pimpinan di RSUDZA saat itu juga. Tinggal meng-klik aplikasi yang memang sudah disiapkan untuk melaporkan kondisi pasien. Aplikasi ini bisa dibuka dan diakses oleh internal medis RSUDZA. “Kalau dulu, kami harus mengecek ke kamar langsung, apakah sudah kosong kamarnya atau belum.

Sekarang tidak lagi demikian, RSUDZA sudah canggih. Hari ini misalnya, bisa kita ceks langsung dan ternyata pasien gawat darurat 120 orang. Sementara pasien yang pulang hari ini mencapai 27 orang,” kata ahli anestesi ini seraya memperlihatkan data status kamar di handphonenya.(sk)