Cerdas Tangkas Untuk Memahami Standar Pelayanan
MANAJEMEN Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh baru saja melaksanakan Cerdas Tangkas dalam memperebutkan piala orang nomor satu di lingkungan rumah sakit tersebut.
Kegiatan cerdas tangkas yang dilakukan dan ikut melibatkan semua bidang dan unit di rumah sakit tersebut, merupakan bagian dari uji langsung serta UNTUK membangun semangat kerja serta kebersamaan. Namun lebih dari itu juga, untuk mempraktikkan langsung standarstandar pelayanan yang menjadi penilaian untuk meraih akreditasi internasional dari Joint Commission International (JCI).
“Persiapan dan peningkatan sumber daya manusia dalam memahami secara menyeluruh terhadap standar penilaian yang dilakukan bukan sematamata untuk meraih sertifikat, tapi untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di RSUDZA khususnya dan Aceh umumnya,” kata Wakil Direktur Pengembangan SDM RSUDZA, Provinsi Aceh, dr Isra Firmansyah Sp.A di kepada Kru Tabloid RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya.
Standar akreditasi internasional JCI, merupakan standar yang dibuat agar pelayanan kesehatan rumah sakit berfokus kepada pasien. Selain itu diterapkan sesuai dengan budaya setempat untuk meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan. “Standar akreditasi internasional yang sedang kita siapkan saat ini sangat menitik beratkan pada tingkat kualitas pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien. Sehingga para karyawan di semua unit harus memahami dengan baik terhadap standar pelayanan yang telah ditetapkan untuk meraih akreditasi JCI,” katanya.
Ia menjelaskan Cerdas Tangkas yang dilakukan tersebut merupakan ujian yang dilakukan secara menyeluruh setelah berlangsungnya Pitstop atau uji kemampuan setiap karyawan dan pekerja di lingkungan RSUDZA dalam memahami standar penilaian yang disyaratkan untuk meraih akreditasi internasional. “Setiap karyawan akan diberikan pemahaman dan melakukan praktek langsung terhadap standar pelayanan. Setelah itu dilakukan ujian untuk setiap personal dan mereka yang tidak lulus, harus dilakukan ujian ulang guna mendapat nilai kompetensi yang telah disyaratkan,” terangnya.
“Persiapan dan peningkatan sumber daya manusia dalam memahami secara menyeluruh terhadap standar penilaian yang dilakukan bukan semata-mata untuk meraih sertifikat, tapi untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan di RSUDZA khususnya dan Aceh umumnya.”
dr Isra Firmansyah Sp.A
Wakil Direktur Pengembangan SDM RSUDZA
Pitstop yang digelar tersebut merupakan bagian dan wujud komitmen untuk membumikan kepada seluruh pekerja di lingkungan rumah sakit termasuk level manajemen dalam memahami secara lengkap terhadap standar penilaian akreditasi internasional tersebut.
Ia menyebutkan pitstop yang digelar dalam rangka menilai seberapa besar pemahaman dan kemampuan staf dan berbagai unit di rumah sakit dalam memahami standar penilaian JCI tersebut diikuti oleh 2.400 peserta yang ada di lingkup RSUDZA.
Pelaksanaan Pitstop tersebut dilakukan secara rutin, sehingga berbagai pemahaman yang telah dimiliki telah diimplementasikan oleh setiap petugas dan pekerja baik saat berada di tempat kerja maupun saat berada di lingkungan masyarakat dalam memberikan penanganan pertama. “Pelayanan yang baik salah satunya juga sangat didukung oleh Sumber Daya Manusia yang handal dalam menangani pasien serta mengoperasikan seluruh peralatan canggih yang ada di rumah sakit, sehingga upaya memberikan pelayanan terbaik dapat terwujud,” jelas Isra Firmansyah.
Dokter spesialis anak tersebut menjelaskan apa yang disyarakat untuk meraih akreditasi internasional tersebut tidak menjadi sebuah kendala besar. Sebab saat ini RSUDZA telah menyandang rumah sakit terakreditasi paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
Dalam memberikan pemahaman secara menyeluruh terhadap standar pelayanan yang dipersyarakatkan, manajemen tidak pernah mau kompromi, mereka yang tidak lulus maka harus mengikuti ujian kembali. Sehingga nantinya dinyatakan memenuhi kompetensi terhadap syarat pelayanan yang ada. “Mereka yang lewat diberikan pin dan yang tidak lewat harus ulang lagi dan kita konsisten untuk memberikan pemahaman menyeluruh untuk semua petugas dan karyawan di RSUDZA terhadap pelayanan terbaik kepada pasien,” sebutnya.
“Dari hasil penialain yang dilakukan dalam tua tahun terakhir, nilai yang kita peroleh sangat memuaskan dan standarnya sudah mampu menuju penilaian JCI, kendati demikian persiapan baik sumber daya manusia dan juga berbagai sarana pendukung terus dilakukan guna memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat Aceh,” ujar Isra.
Wadir itu menambahkan, dalam penilaian akreditasi JCI ada dua penambahan yakni pendidikan profesional kedokteran (medical Professional education) dan program penelitian subyek manusia (human subjects research program) yang merupakan standar untuk rumah sakit pendidikan.
“Syarat tambahan ini juga tidak memberatkan, sebab manajemen dan seluruh tim terus mempersiapkan berbagai standar penilaian dan termasuk adanya bimbingan dari rumah sakit yang telah meraih akreditasi internasional dari JCI,” katanya.
Berdasarkan persiapan dan pelayanan yang telah diberikan dengan akreditasi paripurna yang disandang oleh RSUDZA, pihaknya meyakini akreditasi internasional dapat dicapai oleh rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut.
“Kita yakin dengan usaha dan komitmen dari manajemen dan semua komponen untuk menjadikan RSUDZA terakredasi internasional dari JCI dapat terwujud di masa mendatang,” tambahnya.
Ia menambahkan akreditasi internasional yang akan disandang nantinya juga akan menjadi sebuah bagian dari tujuan wisata di mana para tamu asing atau warga asing dapat berobat di RSUDZA sebab semua layanan yang diberikan sesuai dengan standar internasional.(mif)