Selektif dan Ketat untuk Kesembuhan Pasien

ANGGAPAN akan menu ma­ ka nan di rumah sakit itu tidak enak, kerap terlintas da lam pikiran setiap pasien, padahal enak menurut pasien belum tentu baik dan sesuai untuk kondisi kesehatannya.

Anggapan tersebut seha­ rusnya sudah harus jauh­jauh dibuang dibenak semua pasien dan masyarakat. Kesem­ buhan pasien bukan hanya ditentukan oleh pelayanan obat­obatan atau keperawatan, tetapi juga sangat ditentukan oleh diet yang di berikan oleh pelayanan gizi.

Asupan gizi yang di butuhkan oleh pasien yang dirawat di rumah sakit sangat personal, sehingga tidak bisa di samakan antara satu pasien dengan pasien lainnya. Jika salah dalam penyajian, jenis menu, cara pemberian dan takarannya maka akan ikut berdampak terhadap proses penyembuhan penyakit yang sedang dilakukan pada pasien.

“Kita tidak berharap pa­ sien yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Za­ inoel Abidin (RSUDZA) Ban­ da Aceh mengalami kekurangan gizi atau salah diet dan ini menjadi perhatian serius dari managemen Rumh sakit dalam penanganan gizi,” kata Wadir Penunjang RSUDZA Banda Aceh, dr. Nurnikmah M.Kes di ruang kerjanya.

“Rumah sakit selalu berupaya untuk dapat menyediakan makanan yang dapat memenuhi kebutuhan gizi pasien tanpa mengurangi citra rasa pada makanan yang di sa­ jikan” katanya.

RSUDZA Banda Aceh mempunyai unit tersediri yang khusus melayani kebutuhan gizi pasien baik yang sedang dirawat ataupun ber obat jalan yaitu Instalasi Gizi yang berada di bawah komando dr. Nurnikmah.

Rumah sakit plat merah milik Pemerintah Aceh itu menerapkan standar operasional prosedur yang sangat ketat sehingga terjamin akan kebersihan dan ketepatan gizi terha­ dap makanan yang disajikan.

Ada 4 bagian pokok pelayanan gizi di rumah sakit yang menjadi pedoman da­ lam pelayanan gizi, pertama pengadaan dan penyediaan makanan yang meliputi perencanaan, jenis dan jumlah ma kanan, pengadaan ba han ma ka nan, penyimpanan, proses pengolahan hingga ma tang dan penyajian Kedua pelayanan gizi di ruangan yang meliputi penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan penyakit, pe nyusunan menu, pemilihan bentuk makanan, cara pemberian dan eva luasi. Ke tiga penyuluhan berupa konsultasi gizi dan ru­ jukan dan ke empat penelitian dan pengembangan gizi terapan.

Proses demi proses yang berlangsung dikawal sangat ketat oleh manajemen Rumah Sakit melalui Instalasi Gizi yang dimiliki rumah sakit rujukan utama di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

“Kami selalu memastikan akan kebersihan dan kesehatan terhadap proses pengadaan makanan dan minuman yang akan disajikan kepada pasien,” kata Wadir Penunjang.

Mengingat pelaksanaan gizi saat ini dikelola oleh pihak ketiga, namun bukan berarti lepas dari pengawasan pihak RS, Ia mengatakan saban hari petugas di instalasi gizi RSUD­ ZA mendampingi dan me­ mantau secara langsung proses demi proses dari penyiapan sampai makanan disajikan kepada pasien baik terhadap kebersihan dan memastikan seluruh menu yang akan disa­ jikan tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

“Petugas kita selalu men­ cicipi setiap makanan sebelum di sajikan kepada pasien u menjaga keamanan makanan.

Kita selalu menjaga kualitas makanan dengan mengawasi dan menguji kadar setiap bahan baku yang menjadi menu makanan dan minuman yang akan diberikan sehingga tidak terjadi persoalan baru kepada pasien,” katanya.

Setiap menu yang disiapkan oleh bagian Instalasi Gizi yang bekerja sama dengan pihak ketiga tersebut dise­ suaikan dengan jenis penyakit yang diderita oleh pasien yang menggunakan fasilitas rumah sakit rujukan utama tersebut.

“Makanan dan minuman yang disajikan setiap hari ke­ pada ratusan pasien ini disesuaikan dengan jenis penyakit.

Asupan yang diberikan pasti akan berbeda satu dengan yang lainnya,” katanya.

Pihaknya tidak sungkan­sungkan menolak ma­ kanan dan minuman yang disediakan oleh pihak ketiga jika tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Ia mengatakan dengan pemberian makanan yang tepat akan mendukung kemam­ puan organ tubuh untuk me lak sanakan fungsi secara optimal sehingga membantu mempercepat proses pemuli­ han penyakit.

“Status gizi dan penya­ kit saling memperngaruhi.

Dimana kecukupan gizi pa­ sien sangat membantu pros­ es penyembuhan penyakit pada kondisi yang lain proses perkembangan penyakit juga mempengaruhi status gizi pa­ sien,” terangnya.

Pihaknya tidak menginginkan makanan dan minuman yang diberikan kepada pasien tidak sehat dan tidak bersih serta akan mengurangi asupan gizi kepada pasien.

“Kita selalu mengawasi dan menguji kadar setiap ba­ han baku yang menjadi menu makanan dan minuman yang akan diberikan sehingga tidak terjadi persoalan baru pada pasien,” sebutnya.

Selain pengawasan terhadap bahan makanan dan minuman, juga dilakukan pengawasan terhadap lingkungan dan peralatan yang digunakan untuk memasak den­ gan melakukan pemeriksaan.

Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) secara rutin setiap enam bulan sekali melakukan uji kuman dengan mengambil beberapa sampel pada alat dan lingkun­ gan tempat pengolahan untuk memastikan pelayanan gizi bebas dari bakteri atau kuman lainnya.

Selain menangani gizi pasien baik rawat inap dan rawat jalan , intalasi gizi juga mengemban tugas untuk men jaga kebutuhan gizi pada petugas di rumah sakit yang bekerja pada tempat­tempat berisiko seperti radiologi atau bagian­bagian yang memiliki infeksi tinggi beruba pemberian makanan risiko tinggi.

Pemberian menu untuk petugas yang bekerja pada unit unit tertentu ter sebut me­ rupakan wujud kepe du lian RS terhadap keselamatan kerja pegawai.

Ia menjelaskan penyediaan makanan dan minum dengan memperhatikan gizi tersebut merupakan salah satu dalam mengoptimalkan kinerja staf yang bekerja di unit unit yang berisiko tinggi.

“Ketersedian asupan gizi yang baik akan meningkatkan kesehatan petugas ser ta men­ dukung kinerja rumah sakit namun sebaliknya jika sumber daya manusia ti dak sehat maka aktivitas pe layanan juga akan terhambat,” ungkap Nurnikmah.

Ia mengatakan saat ini sudah ada petugas gizi yang ditempatkan pada setiap ruangan yang khusus untuk mem­ beri pelayanan gizi. “Setiap ruangan memiliki ahli gizi yang mengontrol selalu asupan gizi yang diberikan kepada pasien,” katanya.

Sebagai rumah sakit yang sedang mempersiapkan diri untuk pelayanan internasional, pihaknya juga terus mening­ katkan kualitas pela yanan gizi dengan menyiapkan tenaga-tenaga profesional bi dang gizi dan melakukan inovasi sehingga kepuasan pasien juga akan terus me ningkat seiring dengan dukungan asupan gizi yang baik yang ditawarkan saban hari kepada pasien.

“Akhirnya kami berha rap agar masyarakat memahami bahwa pemberian ma ka nan di rumah sakit adalah bagian dari pengobatan untuk mempercepat proses penyembuhan bukan sekedar memenuhi kebutukan makan dan minum pasien semata,” pungkasnya. (if)