Kualitas Bahan Baku Juga Dipantau Ketat
UNTUK melakukan tugas dan seluruh tahapan pengolahan sampai distribusi makanan bagi pasien dan pegawai, adalah wewenang bagian Instalasi Gizi. Ada dua ahli gizi ditempatkan, satu konsentrasi pada pengolahan sampai distribusi makanan, sedangkan satu lagi khusus menangani higiene sanitasi makanan.
Para ahli gizi itu, ditugas kan untuk mengawasi dan memperhatikan secara detail dan ketat kualitas ba han baku, sebelum di olah menjadi makanan.
Seperti ikan, daging ayam ser ta sayuran, harus dipastikan betul betul segar dan bersih. “Kita cek secara detail, kalau kita ragu kita tes langsung sendiri,” terang Devi Yuliani.
Bahkan khusus untuk sayur, selain kualitas dan kesegaran harus terjamin, ada bagian tertentu tidak boleh digunakan, seperti bagian akar yang harus dibuang.
Begitu juga dengan telur ayam, harus bersih dari kotoran terlebih dahulu baru boleh masuk ke dapur. “Kualitas mulai dari bahan baku hingga proses pengolahan makanan, benar benar kita jaga.” Sementara pengolahan makanan oleh pihak ketiga juga tidak boleh sembarang.
Ada proses harus dipatuhi, para tenaga pengolah atau kokinya harus memperhatikan betul kebersihan, mulai dari harus mengenakaan pakaian khusus, mereka harus memakai penutup kepala, masker dan sarung tangan.
Tidak hanya sampaai di situ, gudang penyimpanan juga mereka kontrol.
Pihaknya menerapkan prosedur ketat, mulai dari pe nerimaan bahan makanan dicek. Bahkan setiap enam bulan sekali, dilakukan pemeriksaan terhadap angka bakteri di dalam makanan, alat makanan dan di dalam alat pengolahan. Itu semua, wajib dilakukan pemeriksaan.
Bukan hanya itu, air digunakan untuk memasak dan mencuci sayuran dan bahan makanan, juga turut dihitung angka bakterinya.
Dan itu diserahkan oleh pihak ketiga. “Pagi, siang dan malam harus kita kontrol terus, meski ada supervisor dari mereka, kita tetap harus lakukan pengawasan mulai dari penerimaan bahan, sampai distribusi makanan, kalau ada yang tidak pas dan tidak cocok supervisor kita panggil,” kata Devi.
Dalam satu hari, makanan disiapkan kepada setiap pasien tiga kali, pagi, siang dan malam, cemilan dua kali berupa kue dan susu. Setiap pasien tentu tarakan disediakan berbeda, sesuai dengan diet.
Ia mencontohkan, seperti untuk pasien diabetes, ahli gizi menghitung kebutuhan gizinya misalkan energi 1700, jadi pihak dapur menterjemahkan kebutuhan gizi pasien di instalasi gizi dalam bentuk makanan.
Nasinya berapa gram, susu yang tepat apa , cemilannya juga harus sesuai, gula pasir kita ganti dengan gula diet.
Kedepan, agar pengawasan dan peningkatan mutu dan kualitas lebih maksimal lagi, ada keinginan persoalan makanan agar ditangani langsung oleh rumah sakit, tidak lagi menggunakan pihak ketika.(sl)