Jendela Redaksi Edisi 12 /Tahun II / 2017
PEKAN pekan melelahkan bagi kru Tabloid RSUDZA Lamhaba, menanti di penggal akhir tahun 2017. Jam kerja serabutan dan nyaris tak punya limit, kami lalui sejak edisi dua edisi terakhir. Rapat budgeting atau finalisasi kami gabung dengan rapat proyeksi, agar semuanya tercover hingga penghujung tahun.
Persoalan dadakan membuat kru harus merombak materi liputan yang telah ‘digoreng’ sejak jauh hari, kadang harus ditunda untuk edisi ke depan. Dan itu butuh spirit serta daya kreasi hingga ke divisi layouter. Sebagai ‘pemasak’ atau koki, kami ingin agar menu yang kami sajikan mendapat tempat di altar hati pembaca.
Lebih dari itu, setiap geliat kebijakan pihak RSUDZA sebagai founder juga tersosialisasikan secara utuh, transparan dan tanpa basa basi. Karena kami juga sadar tentang komitmen tiada tepi dari jajaran manajemen RSUDZA Pemerintah Aceh tentang pelayanan prima dan bahkan melebihi dari yang diharapkan para pemakai jasa rumah sakit terbesar di Aceh itu sendiri.
Edisi kali ini, kami mengupas secara tuntas tentang standar operasional prosedur (SOP) menyangkut tenaga outsourching yang bekerja di luar kewenangan manajemen RSUDZA. Direktur RSUDZA dr Fachrul Jamal dan jajarannya mengulas perihal itu, melalui Laporan Utama (Laput) di halaman 3 hingga 7, menyangkut klausul regulasi antara pihak ketiga pemakai jasa outsourching dengan manajemen RSUDZA sebagai user.
Klausul kerjasama dengan pihak ketiga itu juga menjadikan kenyamanan dan keamanan pasien sebagai harga mati yang tak bisa ditawar. Bahkan sanksinya pun tegas, pemutusan kontrak kerja, serta ‘pengusiran’ terhadap tenaga outsouching yang melakukan kesalahan.
Kami juga menyinggung sedikit tentang sebuah langkah besar yang telah dilakukan RSUDZA yaitu kebijakan pendaftaran pasien secara online, yang peresmiannya dilakukan Wagub Aceh Ir Nova Iriansyah, awal pekan lalu.
Dalam kaitan penegakan disiplin ini, kami juga menurunkan sebuah elegi yang dijalani petugas sekuriti RSUDZA, saat mereka berusaha menegakkan ketentuan di rumah sakit. Tantangan dimulai sejak di lahan parkir, hingga penertiban tali jemuran.
Tak jarang Satpam juga jadi sasaran anarkis, hanya karena menertibkan pengunjung yang merokok.
Itulah sebuah sisi pahit, saat aturan berusaha ditegakkan. Masyarakat kita memang masih ada yang alergi terhadap peraturan dan kedisiplinan. Dan Satpam pun jadi tumbal di lapangan. Selamat membaca!