Sistem Online Untungkan Semua Pihak

SEBAGIAN kita pasti mengeluh ketika harus antre panjang saat berobat, khususnya di rumah sakit pemerintah. Salah satunya di RSUDZA. Namun, antrean panjang di loket-loket pendaftaran sebentar lagi tinggal cerita. Sejak dua pekan lalu, solusi cerdas telah diaplikasikan oleh RSUDZA, yakni melalui pendaftaran secara online. Saat ini, rumah sakit milik Pemerintah Aceh ini merupakan satu-satunya rumah sakit di Sumatera yang mengaplikasikan pendaftaran secara online dengan lebih mudah. Bukan rahasia lagi, ada juga rumah sakit lain di Aceh yang coba membuat pendaftaran secara online, namun dalam praktiknya kebijakan tersebut belum didukung oleh sistem yang terintegrasi.

Nah, dalam dua pekan terakhir, memang belum semua warga memanfaatkan aplikasi ini untuk mendaftar. Boleh jadi saat ini belum mendapatkan informasi atau boleh jadi juga lantaran tak punya Hp dengan sistem android.

Yang pasti, antrean di pelayanan loket-loket konvensional sudah mulai berkurang. Sebagian warga, khususnya yang melek teknologi, sudah beralih ke pendaftaran secara online.

Menurut Kepala Instalasi Rawat Jalan RSUDZA dr Teuku Husni TR, Sp.THT, hadirnya pendaftaran online memberikan manfaat bagi semua pihak. Selain pasien, dokter, paramedis, dan jajaran pegawai di lingkungan RSUDZA juga mendapatkan banyak kemudahan.

Berdasarkan hasil pengecekannya di loket pendaftaran online, kata Teuku Husni, jumlah pasien yang mendaftar belum begitu banyak. Rata-rata di bawah 20 orang per hari. “Hari ini saya ceks tadi sekitar 17 orang pasien yang mendaftar secara online. Memang sebagian besar belum beralih ke sistem baru itu. Dampak terhadap pengurangan jumlah antrean di loket biasa itu memang belum terlihat,” tandas pengajar Fakultas Kedokteran Unsyiah ini kepada kru RSUDZA Lam Haba, pekan lalu, di ruangannya bagian THT, lantai II gedung RSUDZA.

Namun, Teuku Husni yakin, seiring dengan berjalannya waktu, dia memperkirakan akan memberikan dampak besar ke depan. Saat ini jumlah pasien yang berobat di poliklinik rata-rata 800 orang per hari. Di waktu tertentu bahkan bisa mencapai 1.000 orang per hari, terutama pada hari ‘kejepit’, yakni akhir pekan. Untuk pasien yang dirujuk, kebanyakan berasal dari luar Banda Aceh.

Teuku Husni mengatakan, sebagian masyarakat barangkali sudah tahu dengan hadirnya sistem alternatif itu. Akan tetapi, sebagian yang lain mungkin belum mengetahuinya. Oleh karena itulah, dibutuhkan waktu untuk menyosialisasikannya kepada masyarakat luas.

“Memang untuk berubah drastis menuju online membutuhkan waktu, karena ini memang hal baru. Baru aja dilaunching dua pekan lalu,” timpalnya lagi.

Hadirnya sistem online diakui menguntungkan banyak pihak. Dokter pun bisa datang lebih cepat, mengingat pasien bisa lebih cepat diproses administrasinya. Selama ini, kata Teuku Husni, butuh waktu lama bagi seorang pasien hingga bisa mengantre di depan poliklinik. Semuanya tergantung pada jumlah pasien yang mengantre di loket pendaftaran, yang biasanya membeludak jumlahnya.

Dikatakan dr Teuku Husni, saat ini hampir semua tindakan bisa dilakukan di RSUDZA.

Untuk pasien di poliklinik THT misalnya, yang dirujuk ke luar Aceh kebanyakan kasus tumor.

Hal ini karena rumah sakit milik pemerintah Aceh itu belum punya peralatan terapi yang memadai.

“Kalau kemoterapi bisa kita lakukan di sini. Tapi, kalau radioterapi harus kita lakukan di Medan,” tandas pria ramah ini.

Saat ini kasus-kasus tumor THT banyak, misalnya tumor pita suara. Namun, yang rutin diobati seperti pasien infeksi telinga.

Penyebab tumor, menurut Teuku Husni, banyak faktor yang melatar belakanginya. Salah satunya terkait pola makan. “Alhamdulillah, selama ini semua kasus infeksi bisa disembuhkan dengan baik.

Untuk tumor, tergantung tingkatnya. Kalau masih pada stadium dini, besar peluang kita sembuhkan,” tandasnya.(sk)