Cegah Penyakit Anak dengan Imunisasi Lengkap
BAGIAN ilmu kesehatan anak RSUDZA tidak hanya merawat anak yang sakit. Bocah-bocah yang secara fisik normal juga ‘diobati’ dengan cara dilakukan screening untuk memastikan si anak tumbuh dengan normal. “Misalnya anak sudah berumur tiga tahun belum bisa membedakan warna, hitam atau putih. Ini berarti lambat pertumbuhan,” kata Kepala Bagian SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unsyiah/RSUDZA Dr. dr. H. Sulaiman Yusuf, Sp. A (K), kepada tabloid RSUDZA Lam Haba, pekan lalu. Dr Sulaiman Yusuf ditemui di Poliklinik Anak yang ditemani Kepala Poliklinik Anak Ns Syafnidar, S.Kep. Untuk kasus semacam itu, ditangani di poliklinik sehat. Sedangkan poliklinik untuk anak sakit, memang untuk menangani keluhan anak yang menceret, demam berdarah, dan lain sebagainya.
Dikatakan Sulaiman, rawat inap bertujuan agar proses penyembuhan berlangsung cepat. Saat diperiksa di poliklinik, kata Sulaiman, dokter memastikan bahwa ‘diagnosa tidak bisa ditegakkan’ saat itu, oleh karenanya pasien harus dibawa ke ruang rawat inap. Rawat inap diberlakukan karena perlu pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyakit dan proses penyembuhannya. Pemantauan pun harus dilakukan. “Mungkin perlu rontgen, cek darah, dan sebagainya,” katanya. Saat ini kasus-kasus yang harus kerap dirawat inap, antara lain anak dengan kejang demam.Ini merupakan kasus emergensi, sehingga harus segera ditangani.
Jika bisa ditolong dengan simplek, maka mungkin cukup ditangani di poliklinik atau IGD, tidak perlu rawat inap. “Namun, kalau kejang dalam sehari lebih dari dua kali sudah tergolong kejang kompleks, karenanya harus diopname. Anak yang demikian harus diberikan antikejang ke dalam darahnya sehingga tidak kejang lagi, yakni anti compulsan continue. Harus diberikan selama masih demam,” kata Sulaiman, yang Dosen Fakultas Kedokteran Unsyiah ini. “Untuk yang kompleks begini, dua-tiga hari baru dipulangkan. Memang ada pemeriksaan EEG (Elektroensefalografi) lebih lanjut,” timpal Sulaiman. Pemeriksaan EEG dilakukan untuk mengetahui apakah kejang demam tersebut mengarah ke epilepsi atau penyakit ayan. Jika positif mengarah ke epilepsi, maka harus diberikan antiepilepsi selama dua tahun.
Saat kejang, otak sang anak tidak menerima oksigen dengan cukup, sehingga menjadi kekurangan oksigen atau hipoksia. Padahal, kebutuhan oksigen otak tidak bisa ditawar-tawar, harus terpenuhi 100 persen. Kasus-kasus yang terbanyak di rawat jalan, antara lain infeksi saluran pernafasan akut. Mulai dari pilek sampai phenomoni. Untuk kasus semacam ini, ada yang virusnya masuk ke paru, yang disebut phemonia. Sebabnya, bisa karena virus dan bakteri. Anakanak usia PAUD kerap menderita penyakit ini karena penularan dari teman bermain, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan rumah.
Kasus kedua yang banyak diderita, terkait saluran cerna, diare, sakit perut berulang. Untuk pasien-pasien infeksi, ada morbili atau campak, difteri, dan DBD. Jika terjadi demam 2-3 hari tak kunjung sembuh, maka orangtua harus mencurigai bahwa si anak kemungkinan demam berdarah. “Harus diperiksa serologi, yakni pemeriksaan yang menggunakan serum,“ tandasnya.Untuk rawat inap, kasus terbanyak juga infeksi saluran nafas. Selain itu, juga kasus saluran cerna. Ada pula kasus saraf, yakni infeksi susunan saraf pusat, misalnya meningitis, ensefalitis.
Rata-rata pasien di ruangan, sepertiga yang dirawat karena kasus-kasus neurologi, yang memang membutuhkan waktu lama untuk perawatan. Nah, dalam beberapa pekan terakhir juga mulai muncul lagi penyakit tetanus, padahal penyakit yang bisa menyebabkan kematian ini lama tak pernah terdengar lagi. Ternyata setelah diselidiki anakanak tersebut tidak mendapatkan imunisasi. “Padahal lukanya cuma sedkit, seperti di dahi karena terjatuh.
Namun, karena tak diimunisasi, berakibat kejang demam,” tutur Sulaiman. Namun diakui Sulaiman, kasus tetanus neonatorum yakni tetanus bayi baru lahir tidak ada. Ini adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh Clostridium tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) yang menyerang sistem saraf pusat.Sebetulnya, kata Sulaiman, ada beberapa penyakit rawat inap dan rawat jalan yang bisa dicegah. Salah satunya dengan cara imunisasi sejak awal. Bayi harus diberikan imunisasi awal yang lengkap.
Memang dianjurkan juga vaksin hepatitis A atau cacar, namun hal itu hanya sebatas anjuran. Sedangkan imunisasi seperti polio, tetanus, campak, dan lainnya dikategorikan ‘wajib’. “Jangan sampai jatuh bersepeda luka, lalu kena tetanus. Saat ini ada dua yang dirawat karena menderita tetanus,” tandas Sulaiman. Aspek lain yang harus diperhatikan adalah kesehatan lingkungan. Untuk mencegah diare misalnya, sangat erat kaitan dengan personal hygiene, yakni suatu tindakan untuk memelihara kebersihan, misalnya rajin mencuci tangan.
Ada lima keadaan yang harus cuci tangan, misalnya sehabis memasak, buang air besar, dan sebagainya. “Perilaku hidup bersih ini sangat signifikan menurunkan angka diare,” katanya.Selain itu, air yang diminum pun harus memnuhi syarat kesehatan. Survei kesehatan rumah tangga menunjukkan bahwa hanya 55-60 persen rumah tangga di Indonesia yang punya akses ke air bersih. Artinya, 40 persen masih mengonsumsi air yang tidak layak.
Saat ini sebagian warga bergantung pada air isi ulang. Namun, dalam praktiknya, air ini pun tidak ada jaminan kualitasnya.Selanjutnya terkait jamban keluarga. Setiap rumah tangga harus ada jamban yang memenuhi syarat. Kebiasaan membuang air besar di sungai sangat berisiko.Selain kurang nyaman, juga feses yang hanyut bisa membawa penyakit.“Jika ada anak-anak yang mandi di sungai, maka bisa tertular hepatistis dari feses penderita.Hepatisis penularannya melalui feses,” katanya. Pampers anakanak pun sering dibuang sembarangan, lalu dijilati lalat yang kemudian hinggap di makanan, penyakit pun tersebar.
Parameter berikutnya adalah meningkatkan status gizi anak. Penuhi karbohidrat, protein, vitamin, dan lemak. Jika ini terpenuhi, daya tahan tubuh akan kuat. Setiap pertambahan usia, mestinya juga diimbangi dengan peningkatan kecerdasan anak. Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, manusia punya potensial genetik. Meskipun si anak dalam kandungan dari suami-istri yang potensial, namun jika lingkungan kemudian tidak mendukungnya, maka sang anak tidak bisa tumbuh optimal. Oleh karena itulah untuk tumbuh kembang bayi baru lahir, harus memiliki sifat asuh, asih, dan asah.
Saat ini kunjungan pasien di poliklinik anak mencapai 70-90 pasien per hari . Jika ditabulasi per bulan, maka angkanya mencapai 1.800-1.900 orang. Jumlah ini semakin meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.Sebagian mereka merupakan pasien rujukan dari daerah. Hadirnya alat-alat yang semakin modern juga pelayanan yang semakin membaik menjadi penyebab bertambahnya kunjungan pasien.(sk)