ISO 9001:2015, Meningkatkan Pelayanan, Memaksimalkan Kinerja
BANYAK keuntungan yang akan didapatkan sebuah rumah sakit dengan meraih sertifikasi Organisasi Internasional untuk Standardisasi, atau International Organization for Standardization ISO 9001:2015 seperti meningkatkan kepuasan dan kepercayaan masyarakat, memaksimalkan kinerja pegawai, menjamin kualitas berstandar internasional, termasuk efisiensi.
Rumah sakit rujukan utama di Provinsi Aceh, yakni Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh saat ini kembali berjuang untuk mendapatkan sertifikasi ISO 9001; 2015 dari National Quality Assurance (NQA).
Direktur RSUDZA, Dr dr Azharuddin, SpOT K-Spine FICS mengatakan, instansi kesehatan tidak boleh memberikan pelayanan biasa–biasa saja kepada masyarakat karena menyangkut hidup dan mati seseorang.
Sebuah rumah sakit, apa lagi sekelas RSUDZA yang merupakan rumah sakit Tipe A Pendidikan, punya standar yang jelas untuk memberikan layanan berkualitas kepada pasien.
Sertifikat ISO merupakan sebuah bukti pelayanan di instansi kesehatan bermutu internasional. Sehingga dapat dimaknai, ISO adalah sebagai sebuah pengakuan dari lembaga independen terhadap mutu dan jasa dihasilkan rumah sakit.
“Ini adalah suatu sistem yang terstandarisir secara internasional. Bagaimana memastikan segala sesuatu berproses, bagaimana kita bisa menjaga dengan baik, apakah dibagian unit itu berjalan sebagaimana mestinya, ISO ini jawabannya, ” ujar Direktur RSUDZA, dr Azharuddin.
Jadi, untuk dapat meraih ISO, maka sebelumnya di depan harus sudah dipastikan ada aturan yang dibuat.
Misalnya begini, kalau ingin mendapatkan suatu layanan berkualitas, tentunya harus punya sistem, dan sistem inilah yang yang harus disepakati, dimulai dengan ketersedian infrastruktur, dan dukungan Sumber Daya Manusia (SDM).
Itu semua dengan aturan–aturan baku. Sampai kepada siapa yang menjalankan aturan. Kemudian bagaimana capaiannya itulah yang menjadi perhatian ISO.
“Jadi, ISO ini semacam memastikan segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya. Berbicara ISO 9001; 2015 adalah terkait mutu dan terkait juga dengan usaha persiapan akreditasi JCI nanti di bulan Oktober 2019,” kata dr Azharuddin.
Pada tahun 2019, banyak unit – unit dan bidang – bidang pelayanan di RUDZA harus dimulai dengan ISO. Kenapa demikian? Karena segala sesuatunya harus dipastikan dapat terurus dengan baik, begitu juga dengan atur mainnya harus jelas, dengan begitu maka semua mengetahui apa yang harus dikerjakan oleh masing–masing.
Target yang ingin dicapai menjadi jelas serta bagaimana bisa mempertahankan apa yang sudah bagus, kemudian memperbaiki yang belum baik. Ia mengatakan banyak unit akan di-ISO-kan, tetapi harus bertahap, karena semuanya harus dikerjakan secara bersama–sama.
Kenapa? Karena ISO itu sifatnya partisipatif, tidak bisa manajemen saja mengurusnya, tapi perlu keterlibatan seluruh elemen di rumah sakit, mulai dari level pimpinan paling atas sampai unit terkait.
Kenapa demikian? Karena tujuan akhirnya bukanlah untuk mendapatkan sertifikat atau pengakuan. Sertifikat sewaktu–waktu bisa saja dicabut seandainya mutu dan pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar–standar yang telah ditetapkan.
Namun dengan adanya ISO, ada semacam tanggungjawab terhadap suatu capaian yang tidak boleh diabaikan, karena ada proses panjang untuk mendapatkan itu.
Bagaimana menjalankannya dan bagaimana pula untuk mempertahankan, itu yang harus dikedepankan.
Lebih lanjut dr Azhruddin menyampaikan, saat ini RSUDZA menerapkan standar pelayanan nasional dan internasional.
Dirinya mencontohkan, standar unit misalnya bagaimana pelayanan Farmasi Apotik yang memenuhi kualifikasi, kemudian bagaimana layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) berstandar ISO.
Jadi, yang hendak di capai RSUDZA bukanlah sesuatu yang mustahil tidak bisa dicapai, justru dengan adanya standar itulah ingin dipastikan segala sesuatu berjalan dengan baik.
Pada tahap awal, ada be berapa unit yang ‘di-ISO kan’, seperti IGD, Laboratorium Terpadu, Instalasi Transfusi Darah, Instalasi Farmasi, Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit.
Untuk mencapai world class hospital, maka harus melakukan tahapan itu. Karena proses begitu rumit da begitu banyak, tidak mungkin paham semuanya, makanya harus dipastikan diurus oleh yang sesuai dengan kapasitas dan keilmuannya.
Menyangkut dengan upaya RSUDZA untuk meraih ISO 9001;2015, saat ini ada enam unit yang sedang berproses. “Jadi kita ini sudah yang kedua kali, nanti akan ada lanjutannya, tahapannya seperti itu, harus ada komitmen dulu harus ada pelatihan dulu, harus melihat kondisi lapangan, apa – apa ingin di perbaiki, apa – apa yang h rus dilakukan nanti bagaimana auditnya,” kata dokter senior yang juga Ketua Per himpunan Rumah Sakit Se luruh Indonesia (PERSI) Provinsi Aceh.
Lebih lanjut dr Azharuddin juga menyampaikan, ISO bukanlah sebagai sebuah prasyarakat untuk mendapatkan akreditasi internasional dari Joint Commission International (JCI).
Dirinya pun mencontohkan, bagaimana misalnya ikut lomba marathon, yang disyaratkan adalah kondisi badan sehat dan sampai ke garis finish.
“Kita anggap sesuai dengan standar–standar internasional itu ada di ISO, kalau menarik menurut ISO maka baik juga menurut JCI,” ucapnya.
Lantas kemudian timbul pertanyaan kenapa mengambil ISO? Karena memang lembaga tersebut independen dan mempertanggungjawabkan secara penuh apa yang sudah diberikan. Kalau mereka berikan sertifikat ISO kepada RSUDZA berarti mereka sudah lihat kalau rumah sakit kebanggan rakyat Aceh tersebut memang layak untuk mendapatkannya.
“Jadi pasti kita kaitkan degan persiapan – persiapan yang kita lakukan. Kita ingin saat JCI nanti, hal – hal yang kita perbaiki sudah dilakukan dan sedang berproses. Kita ingin menang olimpiade misalnya, tapi tidak pernah latihan, tiba–tiba disuruh tanding 2 x 45 menit, nafas pasti ngos–ngosan, inilah proses terus menerus per siapan dilakukan sejauh yang kita yakini itu bisa memperbaiki hal – hal yang harus kita lakukan, maka salah satunya adalah dengan cara ISO,” ungkap dr Azharuddin.
Untuk menuju ke sana, semua ada panitia ada Kelompok Kerja (Pokja). Dalam melakukan persiapan–persiapan, manajemen akan melihat dan terus mengevaluasi, misalkan kekuatan disini, kelemahannya ada disana untuk itulah perlu langkah–langkah untuk ditindaklanjuti, dari panitia nantinya akan mengajukan usulan ke manajemen.
Kemudian yang paling penting adalah tahu harus melakukan apa. Karena ada juga misalnya ada yang tidak tahu harus melakukan apa sehingga persiapan bisa saja tidak maksimal.
Manajemen tidak mengatakan hasilnya pasti bagus, pasti berhasil, tapi jalan menuju ke sana, harus ada persiapan optimal. Maka itulah RSUDZA tentunya juga punya acuan untuk dapat meraih akreditasi internasional.
Salah satunya melihat bagaimana rumah sakit yang sudah berkali – kali meraih JCI dan RSUDZA baru akan memperoleh. Yang pertama, kata dr Azharuddin, RSUDZA tentu juga harus belajar, kenapa orang bisa, kenap orang pintar, kenap isa sukses. Ternyata mereka bekerja keras untuk mencapai itu, penuh dengan keringat dan ‘berdarah–darah’ untuk mempersiapkan itu semua.
Tidak ada misalnya hanya cukup dengan Simsalabim, orang langsung hebat dan langsung bagus. (msn)