Siapkan SDM Perawatan Bedah Anak
TUNTUTLAH ilmu sampai ke Negeri Cina. Pribahasa tersebut sangat tepat disematkan untuk Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Provinsi Aceh. Sebagai Rumah Sakit rujukan utama di provinsi ujung paling barat Indonesia tersebut, manajemen rumah sakit memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan kemampuan stafnya untuk memberikan berbagai pelayanan kesehatan, baik dalam negeri hingga ke luar negeri sekalipun melalui berbagai pendidikan.
Menurut Wakil Direktur (Wadir) Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) RSUDZA, Provinsi Aceh, dr Isra Firmansyah Sp.A, peningkatan sumberdaya manusia untuk supporting staff juga telah dilakukan selama ini, misalnya pelatihan keperawatan dasar, pelatihan perawat mahir bedah dan lain sebagainya. “Sejak 2015, kita terus berusaha meningkatkan kompetensi masing-masing staf yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin baik melalui pelatihan, workshop, shortcourse baik dalam maupun luar negeri serta in house training,” ujar Wakil Direktur Pengembangan SDM RSUDZA, dr Isra Firmansyah Sp.A kepada Kru Tabloid RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya, Selasa (5/12/2017).
Tak tanggung-tanggung, manajemen rumah sakit menuturkan dalam meningkatkan kemampuan staf pada tahun 2016, pihaknya telah memberikan pembiayaan untuk mengambil shortcourse di Cincinnati Amerika Serikat (AS) dan tahun 2017 di Ohio, AS. “Ini merupakan salah satu upaya yang kita lakukan untuk meningkatkan kemampuan staf baik itu untuk bedah anak dan juga bidang lainnya, sebagai upaya memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat” katanya.
Ia menjelaskan berdasarkan PerMenpan Nomor PER/M.Pan/9/2008 dan Permenkes Nomor 56 Tahun 2014, jumah dokter spesialis di RSUD Tipe A adalah sekitar 304 orang. Saat ini di RSUDZA memiliki dokter spesialis 179 orang, sehingga terjadi kekurangan jumlahnya sekitar 125 orang. Untuk spesialis bedah jumlah yang dibutuhkan 32 orang, sementara jumlah spesialis bedah saat ini adalah 24 orang atau ada kekurangan sekitar delapan orang, dan khusus spesialis bedah anak hanya ada sebanyak tiga orang.
Ketiga dokter spesialis bedah anak yang kini dimiliki RSUDZA adalah dr. Muntadhar Sp.B, SpBA, dr. Dian Adi Syahputra, Sp.BA dan dr. Teuku Yusriadi, Sp.BA. “Kendati ada kekurangan, jumlah tenaga yang ada khususnya untuk bedah anak sudah sangat memadai untuk melakukan berbagai kasus bedah anak yang dirujuk ke RSUDZA,” katanya.Isra mengakui RSUDZA memang belum tersedia ruang rawat khusus untuk perawatan bedah anak baik pre dan pascaoperasi, untuk membuat penanganan pasien dapat lebih baik dan paripurna.
“Saat ini belum tersedia ruang rawat khusus untuk pasien bedah anak, sehingga perawatan baik sebelum dan setelah operasi harus ditempatkan di ruang anak atau ruang PICU dan NICU. Insya Allah ke depan perlu dan akan diupayakan adanya ruang atau unit perawatan khusus untuk pasien – pasien bedah anak sehingga tidak bercampur dengan pasien umum,” katanya Ia mengatakan, penambahan atau pembentukan unit perawatan bedah anak merupakan suatu keniscayaan. Adapun konsep ruang perawatan bedah anak terdiri dari ruang rawatan pre dan pasca bedah, ruang isolasi, ruang Pediatric intensive care unit (PICU), Neonatal Intensive Care Unit (NICU), ruang tutorial dan diskusi.
Selain akan menghadirkan ruang pelayanan khusus untuk bedah anak, pihaknya juga akan menyiapkan sumber daya manusia yang mempunyai sertifikasi ataupun keahlian khusus untuk mendukung pelayanan di ruang perawatan bedah Anak. “Manajemen RSUDZA memberikan perhatian serius untuk tersedianya ruang bedah anak dan turut didukung oleh tenaga ahli mumpuni, dan untuk saat ini dokter yang ada sudah sangat mumpuni,” kata Isra yang juga dokter spesialis anak tersebut. Rumah Sakit milik pemerintah Aceh yang saat ini dikomandoi dr Fachrul Jamal Sp.An, KIC terus melakukan berbagai upaya dan inovasi guna memberikan pelayanan paripurna kepada penduduk di Tanah Rencong.(if)