Rekrutmen Ketat, Pengawasan pun Berlapis
SEBAGAI rumah sakit bertipe A dengan akreditasi paripurna, kebersihan dan sanitasi semua unit di RSUDZA merupakan sebuah keharusan.
Saat ini rumah sakit milik pemerintah Aceh tersebut mengontrakkan pekerjaan yang berkaitan dengan pelayanan kebersihan kepada pihak ketiga. Perusahaan tersebut bertanggung jawab menjaga kebersihan semua bagian di lingkungan RSUDZA, termasuk bagian taman di pekarangan.
Direktur perusahaan jasa cleaning service Fauziannur kepada tabloid RSUDZA Lam Haba mengatakan, perusahaannya saat ini mempekerjakan 255 orang. Mereka merupakan karyawan cleaning service, yang berperan memastikan kebersihan setiap bagian, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Seperti juga rumah sakit lainnya, peran pekerja di bagian cleaning service sangat besar.
Dalam upaya meraih akreditasi, kebersihan merupakan bagian terpenting, seperti halnya aspek kefarmasian, asupan gizi pasien, dan sebagainya.
Dikatakan Fauziannur, sebagai perusahaan yang sudah berpengalaman di bidang penyedia jasa cleaning service, pihaknya punya standar operasional prosedur (SOP) dalam bekerja. Semua karyawan harus mengikuti SOP yang sudah ditetapkan. Dia menyontohkan lantai yang sedang dipel. Pekerjanya harus memasang warning sign, sebagai tanda bahwa lantai sedang dipel. Dengan demikian, para pelintas tidak akan menginjak lantai yang licin ini, sehingga mengurangi/meniadakan risiko terjatuh.
Dijelaskan, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi sebelum bisa diterima sebagai karyawan cleaning service. Pertama, umurnya harus 18 tahun ke atas. Kedua, sehat jasmani dan rohani. Ketiga, harus melampirkan daftar riwayat hidup. Keempat, harus bersedia dipekerjakan dalam masa percobaan selama 20 hari. Lebih dari itu, kata Fauziannur, etika menjadi nomor satu. Saat proses rekrutmen berlangsung, calon pekerja diwawancarai terlebih dahulu, termasuk latar belakang ekonomi keluarga menjadi pertimbangan.
Jika terkesan kurang serius, misalnya si calon pegawai menyebut ‘dangdangna buet laen (Seraya menunggu pekerjaan lain)’, maka yang bersangkutan pasti akan didelete dari daftar calon pegawai.
Kata pria asal Aceh Utara ini, pihaknya tidak akan menerima pegawai yang minatnya ‘setengah-setengah’. “Makanya tidak mengherankan, sebagian besar pegawai saya itu terdiri atas perempuan janda Promkes “ dan korban konflik. Kami membantu mereka yang memang tergolong miskin, tentu dengan tetap mempertimbangkan unsur profesionalitas dalam bekerja,” tandas pria ramah ini.
Susahnya mencari kerja, mendorong dirinya merekrut para janda, korban konflik, dan warga miskin lainnya untuk dipekerjakan di bagian cleaning service RSUDZA. Diakui Fauziannur, hampir semua pekerjanya warga Aceh dengan komposisi 80 persen perempuan dan 20 persen laki-laki.
Koordinasi Selama ini setiap hari pihaknya mengawasi kinerja para pegawai cleaning service.
Fauziannur mengaku ikut terjun langsung. Para pekerja bergantian shift dan dibagi dalam beberapa unit kerja, seperti area taman rumah sakit, IGD, kamar operasi, radioterapi, ruang rawat inap, ruang mayat, poliklinik, dan lainnya. Setiap ada komplain dari pasien atau jajaran pegawai di rumah sakit, pihaknya langsung menindaklanjuti.
“Kami selalu berkoordinasi dengan kepala ruangan, sehingga kalau ada komplain bisa cepat kita selesaikan,” tandasnya.
Terkait kasus pelecehan yang menimpa seorang pasien, Fauziannur mengaku dirinya sangat menyesalkan.
Terduga pelaku memang seorang karyawan cleaning service. Namun, Fauzi mengaku dirinya tidak menduga sama sekali. Pelaku yang sudah tiga bulan bekerja selama ini dikenal sangat santun. Tidak pernah berbuat yang aneh-aneh.
“Selama ini dia sangat santun.
Kinerjanya bagus. Belum pernah ada komplain dari mana pun,” katanya. Fauzi mengaku mendapatkan laporan kasus pelecehan itu dari rumah sakit pada 7 Oktober pagi hari. Berdasarkan kronologis yang disampaikan rumah sakit, terduga dipecat pada sore harinya.
Sebagai sebuah perusahaan yang bekerja profesional, pengawasan yang dilakukan terhadap karyawan sangat ketat. Terduga pelaku selama ini bekerja di ruang RR, sebuah ruangan pemulihan di RSUDZA.
Dia ikut mengepel lantai, membersihkan darah pasien atau muntah yang tumpah di lantai.
Menurut Fauziannur, pengawasan yang dilakukan terhadap seluruh karyawan di bidang cleaning service ini berlapis. Selain dari dirinya, juga rumah sakit, bahkan pasien dan keluarganya. Itu sebab, ketika ada sedikit komplain, semisal kurang bersih lantai yang dipel, pihaknya langsung menindaklanjuti.
“Alhamdulillah, sejak kami menjadi rekanan di rumah sakit ini tahun 2013, belum ada pekerja kami yang bermasalah.
Semua pegawai sangat disiplin.
Semua lancar-lancar saja. Baru kali inilah timbul masalah,” beber Umardhani, staf perusahaan, yang mendampingi Fauziannur selama wawancara berlangsung.(sk)