Kerja Berat untuk Satu Jawaban
AKTIVITAS pelayanan pasien berjalan normal di sana. Ada yang dirawat melalui Instalasi Gawat Darurat (IGD) ada juga yang mendapat pelayanan kesehatan di poli Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh Provinsi Aceh.
Pemandangan lalu lalang pasien, keluarga pasien, dokter, perawat, petugas kebersihan dan karyawan tidak pernah sepi di rumah sakit yang beralamat di kawasan Jalan Tgk. M. Daud Beureueh No. 108 Banda Aceh itu.
Di tengah rutinitas memberikan pelayanan kepada pasien, ada pekerjaan besar yang saat ini dipikul manajemen khususnya bersama seluruh staf di rumah sakit milik Pemerintah Aceh dalam memberikan pelayanan maksimal kepada se luruh masyarakat. “Saat ini kita sedang dihadapkan dengan tiga agenda besar yakni reakreditasi paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), akreditasi syariah dan akreditasi internasional Joint Commission International (JCI),” kata Direktur RSUDZA, dr Fachrul Jamal, Sp.An, KIC kepada Kru Tabloid RSUDZA Lam Haba di ruang kerjanya.
Saat ini kita sedang di hadapkan dengan tiga agenda besar yakni reakreditasi paripurna dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS), akreditasi syariah dan akreditasi internasional Joint Commission International (JCI).”
dr Fachrul Jamal, Sp.An, KIC Direktur RSUDZA
Memang ketiga agenda besar yang sedang dikerjakan dan dipersiapkan dalam tahun 2018 tersebut bukan menjadi pekerjaan sulit bagi manajemen dan seluruh staf di lingukungan RSUDZA, sebab kegiatan dan standar yang dilakukan telah menjadi nadi dalam aktivitas setiap pelayanan yang diberikan kepada pasien yang dirujuk dari rumah sakit yang ada di seluruh kabupaten/kota di Aceh.
Menurut dia, akreditasi paripurna yang dikeluarkan KARS tersebut berlaku setiap tiga tahun dan setiap tahun Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin dilakukan penilaian terhadap berbagai standar pelayanan yang telah dipersyaratkan terhadap akreditasi paripurna yang telah disandang oleh rumah sakit milik Pemerintah Aceh tersebut.
“Alhamdulillah penilaian yang dilakukan setiap tahun, RSUDZA mendapat nilai yang sangat baik dan untuk tahun ketiga ini akan dilakukan reakreditasi kembali. Kita yakin seluruh standar pelayanan yang dipersyaratkan dalam memberikan pelayanan kepada pasien berjalan dengan maksimal,” kata dokter spesialis anastesi tersebut.
Berbagai daya dan upaya terus dikerahkan oleh manajemen khususnya guna meningkatkan status Rumah Sakit milik provinsi ujung paling barat Indonesia itu dengan menyiap kan anggaran yang memadai un tuk ketersediaan sarana dan prasarana penunjang medis dan didukung oleh sumber daya manusia handal dalam menjalankan berbagai pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan bertekad menuju akreditasi Joint Commission International (JCI). “Peningkatan status sebuah rumah sakit juga akan berdampak positif terhadap sistem pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien,” katanya.
Menurut dia untuk menuju akreditasi internasional tersebut maka perlu satu jawaban yang sama dari depan dan belakang, dari bawah sampai level atas yang merupakan satu kesatuan yang akan mengantar RSUDZA sebagai rumah sakit bertaraf internasional.
Satu jawaban yang dimaksud tersebut adalah terkait pelayanan standar yang diberikan oleh Rumah sakit milik pemerintah Aceh yang telah memiliki akreditasi paripurna dari kars menuju akreditasi Join Commission Internasional. “Kami memiliki komitmen yang sama untuk menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin dapat meraih akresitasi JCI sehingga pelayanan yg diberikan akan lebih baik lagi,” kata dokter spesialis anastesi ini.
Akreditasi yang telah diraih yakni berstandar nasional dan penghargaan yang telah disandang oleh RSUDZA, tak membuat manajemen dan seluruh staf di rumah sakit tersebut berpuas diri dan berpangku tangan.
Pihaknya terus melakukan berbagai inovasi dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di lingkungan rumah sa kit seperti mengikuti materi dan praktek langsung terhadap standar pelayanan yang dipersyaratkan dalam penilaian JCI kepada seluruh karyawan di lingkungan RSUDZA. “Setelah mereka mengikuti berbagai standar pelayanan yang melibatkan semua bidang dan karwayan di RSUDZA, mereka akan mengikuti ujian guna mengukur sejuah mana kemampuan dan pemahaman yang telah dimiliki oleh seluruh SDM RSUDZA terhadap pelayanan yang telah disyaratkan dalam JCI,” katanya.
Kegiatan yang dilakukan tersebut merupakan salah sa tu wujud dan komitmen dari manajemen RSUDZA dalam membumikan pelayanan ke se hatan dasar pada seluruh staf se hingga semua paham terhadap pelayanan dasar. “Salah satu dari kegiatan yang dilakukan itu seperti cara cuci tangan, penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) dan penanganan pertama yang harus dilakukan oleh setiap karyawan di lingkungan RSUDZA dalam memberikan pelayanan pertama kepada pasien,” katanya.
Ia mengatakan setelah dilakukan Pitstop yang diikuti oleh seluruh staf dan termasuk manajemen rumah sakit, pihak nya juga menyelenggarakan Cerdas Tangkas yang merupakan perlombaan yang diikuti perwakilan bidang yang ada di lingkungan RSUDZA terhadap berbagai standar pelayanan yang disyaratkan untuk standar internasional tersebut.
Kegiatan tersebut juga bagian dari melihat sejauh mana kemampuan dan juga penghargaan kepada unit atau bidang yang mampu mengimplementasikan seluruh standar operasional yang telah dipersyarakatkan dalam akreditasi yang dipahami dengan benar oleh para staf di lingkungan rumah sakit.
Menurut dia salah satu kunci sukses dalam meraih akre ditasi internasional tersebut ada lah seluruh perangkat dan karyawan di lingkungan rumah sakit memahami dengan benar terhadap akreditasi itu sendiri sehingga pelayanan yang diberikan benarbenar berjalan sempurna. “Pelayanan yang ada saat ini sudah berjalan dengan baik sesuai dengan standar operasional akreditasi paripurna dan manajemen juga terus melakukan pembenahan baik sumber daya manusia, infrastruktur dan sarana penunjang medis sehingga dapat meraih akrwditasi internasional,” katanya.
Tak hanya di peningkatakan sumber daya manusia yang bekerja dan melekat di rumah sakit tersebut, sebagai rumah sakit pendidikan, pihaknya juga terus melakukan training kepada dokter yang belajar di rumah sakit tersebut.
Keinginan menjadi rumah sakit bertaraf internasional pertama di pulau Sumatera khususnya bukanlah sebuah perkara yang jauh api dari panggang, sebab apa yang telah berjalan dan dilakukan oleh RSUDZA selama ini menjadi modal untuk peningkatan status tersebut.(mif)