Penyakit Hepatitis dan Lambung Paling Tinggi di Aceh

PENYAKIT Hepatitis dan lambung termasuk dalam lima besar penyakit yang paling banyak ditangani di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh. Maksudnya, selama ini angka kunjungan masyarakat yang da tang berobat paling banyak diantara penyakit dalam lainnya.

Hal tersebut di sampaikan Dr dr Fauzi Yusuf Sp.PD KGEH FACG FINASIM di sela-sela pembukaan Konferensi Kerja Nasional (KONKERNAS) PPHI-PGI-PEGI 2018 in conjunction with Aceh Gastro Entero Hepatology Update (AGEHU) 2018 di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, (20/7/2018).

“Salah satu penyakit yang paling banyak diderita masyarakat Aceh saat ini adalah penyakit lambung. Hal itu terlihat dari jumlah pasien yang etiap hari berobat atau konsul ke poli di RSUZA, Banda Aceh, ujar dr Fauzi Yusuf yang juga Ketua Panitia Konkernas PPHI-PGI-PEGI 2018.

“Misal ada 1.000 orang yang berobat ke poli setiap hari, 20-30 persen merupakan pasien gangguan lambung.

Penyebab tingginya penderita lambung itu karena tiga hl, jenis makanan yang kita makan, jumlah makanan, dan jadwal makan kita sehari-hari,” jelas Dr dr Fauzi Yusuf.

Even KONKERNAS yang berlangsung 19 – 22 Juli 2018 ini mengambil tema “Gastro Entero Hepatology Problem from basic Science to Clinical Practice”, artinya mulai dari teori hingga aplikasinya ke masyarakat. “Jadi tidak terlalu berat dan cocok untuk adik-adik yang bekerja di rumah sakit di kabupaten/koyang fasilitasnya bisa terbatas,” jelasnya.

Dalam simposium ter sebut juga disampaikan, bagaimana cara mengaplikasikannya pada rumah sakit yang sederhana sampai ke rumah sakit yang lebih lanjut, jadi nanti akan diperlihatkan bagaimana kasus-kasus Hepatitis ini itu bisa diselesaikan di tingkat rumah sakit di kabupaten/kota. “Kalau misalkan tidak bisa diselesaikan, kapan harus dikonsultasikan dokter ke rumah sakit top referal, di Aceh yaitu RSUDZA,” ujar dr Fauzi Yusuf Hal senada juga disampaikan Ketua Umum PPHI-PGI-PEGI Dr. dr. Ari Fahrial Syam, Sp.PD-KGEH, MMB, FACP, FINASIM, yang menyebutkan kasus paling tinggi di Indonesia ini adalah penyakit hepatitis B dan C, dimana perjalanan penyakit hepatitis B dan C menjadi kronis, akhirnya livernya menciut, kemudian menjadi kanker hati. “Ini menjadi problem kita, sebenarnya penyakit ini bisa dicegah,” sebutnya.

Selain penyakit Hepatitis, kata dr Ari Fahrial Syam, ya menjadi isu penting penting adalah penyakit kanker usus besr, Indonesia termasuk negara yang di mana kasus kanker usus besar i semakin lama semakin meningkat. Penyakit ini berhubungan deng gaya hidup masyarakat dan juga cara makan masyarakat.

Dalam simposium ini, para dokter penyakit dalam e-Indonesia bersama-sama sharing kepada semua tea teman di s, bagaimana mendeteksi dini dan bagaimana mendeteksi penyakit ini.

“Saya berharap kepada masyarakat, kalau memang ada permasalahan kesehatan segera berobat, sehingga se makin dini penyakit ditemu kan, semakin kita bisa mengobatinya,” harap dr Ari Fahrial Kegiatan ini merupakan event konkernas dari tiga perhimpunan yaitu Perhimpunan neliti Hati Indonesia (PPHI), Perhimpunan Gastrointestinal Indonesia (PGI) dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia (PEGI).

Dalam konkernas ini ada tiga pembahasan utama yang dibicarakan, diantaranya bagimana kiprah organisasi ini, baik di tingkat tingkat nasional maupun internasional, dan juga bagaimana organisasi ini berpartisipasi terhadap kegiatan-kegiatan mendukung kegiatan pemerintah seperti pencegahan penyakit hepatitis, kemudian bagaimana juga kita mencegah penyakit lambung, hal hal yang masyarakat harus mengetahui dan mendeteksi penyakit kanker, baik itu kanker usus besar, lambung dan kanker hati.

“Kita juga melakukan rapat – rapat pendidikan, karena organisasi ini yang mempersiapkan dokter penyakit dalam untuk untuk belajar endoskopi, dan untuk meningkatkan kompetensinya menjadi konsultan penyakit dalam,” terangnya.

Selain itu, juga membicarakan masalah peneliti bukti center yang melibatkan center – center di seluruh Indo nesia. “Jadi para dokter spesialis penyakit dalam konsultasi penyakit lambung pencernaan diliver hari ini berkumpul di Banda Aceh ini untuk melakukan konferensi kerja, dan kedua sharing informasi berdasarkan hasil penelitian para dokter. Mudah-mudahan keberadaan kita semua di Banda Aceh ini membawa manfaat, bukan saja untuk Aceh tapi untuk masyarakat Indonesia pada umumnya. (**)