Terapi Trombolitik (rTPA) pada Penderita Stroke Infark (Sumbatan Aliran Darah Otak)

Dr. dr. Imran, SpS, M.Kes
Staf Divisi CVD SMF Saraf
RSUDZA Banda Aceh

STROKE masih merupakan salah satu dari ti ga penyebab kematian terbanyak di seluruh du nia. Namun yang lebih menyedihkan lagi, hingga saat ini stroke juga masih merupakan penyebab kecacatan (disability) utama pada penderita usia dewasa bahkan pada usia produktif.

Serangan stroke dapat terjadi tiba­tiba pada siapa saja, baik ia dalam keadaan istirahat atau sedang melakukan kegiatan tertentu, di rumah atau di tempat kerja atau bahkan saat melakukan olah raga sekalipun.

Serangan stroke ini umumnya terjadi pada orang­orang yang mempunyai factor risiko seperti menderita hipertensi, diabetes mellitus (kencing manis), penyakit jantung, kolesterol tinggi dalam darah, merokok dll. Stroke dapat terjadi kapan saja tanpa dapat diduga, sudah tentu setiap orang tidak menginginkannya.

Salah satu serangan stroke dapat terjadi apabila timbul penyumbatan pembuluh darah otak secara tiba­tiba sehingga pasiennya mengalami kelumpuhan ang gota gerak, mulut mencong, bicara pelo, hilang rasa sebelah tubuh, kesulitan bicara, atau penurunan kesadaran. Jaringan otak yang tidak mendapat aliran darah yang cukup tersebut akan rusak, sel­sel sarafnya akan layu dan mati seperti pepohonan yang tidak mendapat suplai air, pohon tersebut akanl ayu, kering dan mati. Apabila sel­sel saraf tersebut sudah mati maka keadaan klinis pasien tidak akan mengalami perbaikan sehingga pasien tersebut akan mengalami kecacatan seumur hidupnya atau bahkan kematian.

Tahukan anda, apa dan bagaimana penanganan terbaik jika terjadi serangan stroke penyumbatan pembuluh darah tersebut? Permasalahan utama yang timbul akibat stroke adalah kematian jaringan otak akibat terhentinya suplai darah yang membawa oksigen dan nutrisi.

Jadi jawabannya sangat sederhana yaitu bagaimana secepatnya sumbatan aliran darah tersebut dapat dihilangkan sehingga aliran darah dapat kembali mengalir secara normal sehingga selsel saraf yang mulai layu tersebut dapat diselamatkan dari kematian.Tentunya sumbatan tersebut harus dilepaskan sesegera mungkin sebelum sel­sel tersebut mati. Salah satu terapi yang menjanjikan tersebut adalah terapi trombolitik (rTPA).

Sumbatan pembuluh darah otak dapat bersumber dari pembuluh darah itu sendiri melalui mekanisme pembentukan gumpalan darah (trombotik), atau ber asal dari gumpalan darahyang dihasilkan dari pembuluh darah besar lainnya, serta dapat pu la terjadi akibat gumpalan darah yang berasal dari jantung (emboli).

Terinspirasi oleh keberhasilan terapi trombolitik pada penyakit sumbatan pembuluh darah jantung, sejak tahun 1996 di Amerika telah disetujui pemberian terapi trombolitik yang bertujuan untuk menghancurkan gum palan/ sumbatan pada pembuluh darah otak dengan obat golongan ‘Recombinant Tissue Plasminogen Activator (rtPA)’. Hingga saat ini obat golonganrt­PA yang sudah disetujui penggu naannya oleh Food Drug Association (FDA) Amerika hanya Alteplase. Sedang beberapa obat lain masih dalam tahap pene litian sehingga belum bisa dipakai secara luas.

Hasil dari banyak penelitian membuktikan bahwa terapi trombolitik melalui infus (intra vena) memberikan hasil yang cukup memuaskan, yaitu lebih dari 30% pasien mengalami perbaikan kondisi yang cukup signifikan. Sayangnya, terapi ini memiliki cukup banyak keterbatasan, terutama dari sisi waktu (time window). Perlu diingat bahwa waktu terbaik pemberian trombolitik terapi secara intravena / perinfus adalah kurang dari 3 jam, terhitungsejakawal onset/ kejadian stroke. Beberapa waktu terakhir ini, sudah banyak rumah sakit/ pusat kesehatan yang melakukan pemberian terapi trombolitik pada penderita yang mengalami serangan stroke lebih dari 3 jam, namun masih ku rang dari 4,5 jam dari onset/ kejadian.

Selain masalah terlewatnya batasan wak tu yang aman untuk terapi trom bolitik, juga ada bebe rapa keadaan lain yang menyebabkan terapi trombolitik tidak dapat diberikan antara lain:

  1. Stroke yang diakibatkan pendarahan otak (intra serebral maupun subarachnoid)
  2. Riwayat stroke pendarahan intra serebral sebelumnya
  3. Adanya neoplasma (tumor ganas) intrakranial
  4. Adanya aneurismaatauarteri­venous mal formasi pembuluh darah
  5. Kejang pada saat onset stroke
  6. Riwayat stroke atau trauma kepala yang serius dalam 3 bulan terakhir
  7. Operasi / pembedahan atau trauma yang cukup serius dalam 2 minggu terakhir
  8. Kadar trombosit dalam darah kurang dari 100.000 atau ada gangguan darah lainnya
  9. Kadar gula darah kurang dari 50mg/dL (2,7 mmol/L) ataul ebih dari 400 mg/dL (22mmol/L)
  10. Tekanan darah sistolik> 185 mmHg dan Diastolik>105 mmHg, meskipun sudah dibe rikan terapi anti hipertensi yang agresif
  11. Terbukti hamil
  12. Dijumpai tanda­tanda perdarahan dimanapun (seperti di salurancerna, urin, pernafasan atau kulit)

Pemberian terapi trombolitik dapat menimbulkan beberapa komplikasi, mulai dari yang ringan hingga yang cukup serius, bahkan ada juga yang berakibat fatal. Komplikasi terbanyak adalah terjadinya pendarahan intra kranial, dengan risiko pendarahan lebih banyak terjadi pada penderita berusia di atas 77 tahun yang mungkin diakibatkan oleh lebih luasnya kerusakan otak yang terjadi.

Hasil yang baik dalam 24 jam pertama setelah pemberianterapi trombolitik menunjukkan kemungkinan terjadinya perbaikan dalam 3 bulan berikutnya.

Dari hasil pantauan pasien dalam tiga bulan setelah pemberian terapi trombolitik diperoleh hasil:

  1. Sekitar 30% pasien mengalami perbaikan saraf menjadi normal atau hampir normal
  2. 30% pasien masih dengan gejala sisa stroke yang ringan sam pai sedang
  3. 20% pasien masih dengan gejala sisa sedang sampai berat
  4. 20% pasien meninggal

Pantauan kecacatan fungsio nal pada pasien dalam tiga bulan setelah pemberian trombolitik terapi adalah sebagai berikut:

  1. Sekitar 50% pasien dapat melakukan aktivitas seha ri­hari sepenuhnya secara mandiri
  2. 15% pasien masih membutuhkan bantuan dalam kadar se dang untuk aktivitas sehari­hari
  3. 15% pasien masih bergantung secara total untuk melakukan aktivitas sehari­hari

Karena hasil pemberian trombolitik cukup memuaskan, maka sanga tdianjurkan bagi setiap keluarga untuk lebih waspada terhadap gejala awal stroke dan segera membawanya kerumah sakit untuk mendapat terapi sesegera mingkin untuk menghindari kecacatan dan kematian. Adapun tanda­tanda seseorang terkena stroke dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arm, Speech and Time), yaitu:

  1. Face: wajah mencong kesatu sisi (mulut merot /mencong)
  2. Arm: adanya kelemahan atau kesemutan / rasa tebal pada satu sisi tubuh
  3. Speech: bicara jadi pelo/ rero atau tidak bisa mengeluarkan suara
  4. Time: waktu sangat berharga, jadi segeralah membawa penderita kerumah sakit yang memiliki kemampuan menangani stroke secara menyeluruh atau rumah sakit yang merupakan pusat rujukan stroke

Rumah Sakit Dr Zainoel Abidin yang merupakan salah satu rumah sakit dengan predikat akreditasi paripurna, merupakan salah satu rumah sakit terdepan yang sangat peduli dan senantiasa mengembangkan diri dalam penanganan stroke secara menyeluruh dan terpadu.

Rumah sakit ini sudah memiliki alat deteksi dini stroke yang canggih, berupa mesin imaging yaitu Computer Tomography Scanning dan Magnetic Resonance Imaging. Selain itu juga tersedia pemeriksaan laboratorium yang cepat dan akurat. Dalam waktu dekat rumah sakit ini juga akan memiliki ruang Stroke Unit, berupa ruangan khusus bagi pasien stroke fase akut untuk mendapatkan perawatan dan pemantauan selama 24 jam terus­menerus.

Saat ini Rumah Sakit Dr Zainoel Abidin sedang mempersiapkan diri untuk penerapan terapi trombolitik rTPA ini. Kita doakan bersama agar persiapan dapat dirampungkan secepatnya agar penderita stroke infark akut dapat terselamatkan dari kecacatan dan kematian.(*)