Pastikan Keamanan PASIEN Terjaga

RUMAH Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh menerapkan standar pelayanan kesehatan untuk menjamin keamanan dan keselamatan pasien yang berobat.

Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUDZA, Dr. dr. Azharuddin Sp.OT (K) Spine.FICS, mengungkapkan, sebagai institusi layanan kesehatan yang memberikan pelayanan perorangan secara paripurna, service diberikan rumah sakit plat merah milik Pemerintah Aceh ini, tentunya berjalan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) serta regulasi yang telah ditetapkan.

“SOP itu berlaku di semua lini, harus dipatuhi oleh semua yang ada di rumah sakit ini. Pasien di ruangan, di kamar operasi, ruang pemulihan atau Instalasi Gawat Darurat (IGD), itu ada standarnya,” kata Wadir Pelayanan Medis kepada kru Tim Tabloid RSUDZA Lam Haba baru-baru ini.

Manajamen rumah sakit, kata dr. Azharuddin, sangat memperhatikan betul sisi keamanan dan keselamatan pasien.

Sebagai badan pelayanan publik yang setiap harinya dikunjungi ribuan pasien, RSUDZA diakuinya tidak dapat sepenuhnya bebas dari zero accident (kecelakaan nihil).

Satu, dua pasti ada kejadian, apalagi setiap hari ada puluhan ribu orang di rumah sakit, baik itu pasien, keluarga pasien, petugas medis, pegawai, tenaga keamanan maupun petugas cleaning service.

Disebutkannya, di poliknik saja, setiap harinya ada seribuan lebih pasien, belum lagi di ruangan yang terdiri dari 750 tempat tidur, ditambah keluarga pasien.

Dengan sedemikian banyak jumlah pasien, bermacam permasalahan tentu terjadi, tidak mungkin zero mistake (tanpa kekeliruan atau kesalahan) “Kita tidak menutup – nutupi isu pelecehan dilakukan petugas cleaning service kepada seorang pasien di ruang pemulihan. Kasus ini, menjadi pembelajaran bagi manajemen untuk lebih meningkatkan lagi sisi keamanan dan pengawasan,” kata dokter ahli orthopedi ini.

Semenjak dirinya berdinas di RSUDZA tahun 1996, tambah Azharuddin, baru kali ini terjadi kasus seperti itu. Ia mengumpamakan, kejadian beberapa waktu lalu itu, adalah sebagai sebuah kecelakaan. Sama halnya seperti saat berkendara di jalan raya, kondisi kendaraan dalam keadaan baik, jalan juga mulus dan bagus, dilengkapi dengan rambu – rambu lalu lintas, namun saat naas tetap saja akan terjadi kecelakaan.

“Kalau saya maknai, terjadinya kecelakaan di dalam sistem yang sudah dibentuk dan dibangun begitu rupa. Sama juga kita sedang duduk – duduk, tiba -tiba kejatuhan plafon. Saya sejak 1996 di sini, ketemu kayak gitu ya baru sekarang,” ungkapnya.

Insiden tersebut, kata dr Azharuddin, menjadi koreksi bagi manajemen rumah sakit untuk terus melakukan penguatan ke arah yang lebih baik lagi.

Mungkin ke depan, setiap petugas cleaning service yang jumlahnya ratusan, dipasok oleh pihak ketiga harus lulus tes, baik psikotes maupun dari sisi moral dan agama. “Karena ini memang kita bilang kecelakaan ya kecelakaan. Manajemen tidak menutup – nutupi kejadian tersebut. Kita minta maaf untuk hal tidak terduga ini,” ujarnya.

Secara umum, bukan hanya di titik itu saja yang menjadi konsentrasi manajemen, namun di semua lini yang memang dianggap rawan, tentu tidak luput dari perhatian. Seperti kamar operasi, ruang pemulihan, di ruang ICU dan ICCU yang memang kondisi pasien masih lemah. Sekarang pengawasan makin ketat, petugas keamanan (Satpam) terus melakukan patroli siang dan malam ke ruangan-ruangan.

Tenaga keamanan Satpam yang berjumlah 120 orang harus bekerja lebih ekstra lagi. Selama ini mereka bekerja dalam tiga shif, mengingat luasnya areal rumah sakit, termasuk rumah sakit lama, jumlah mereka memang masih kurang. Untuk pengawasan, selama ini setiap areal rumah sakit juga telah dipasangi kamera Closed Circuit Television (CCTV), namun jumlahnya belum terlalu banyak, ke depan akan diupayakan terus ditambah.

Kalau melihat areal yang perlu diawasi tenaga security, kata dr Azharuddin, memang cukup dilematis, sangat luas.

Rumah sakit rujukan utama di Provinsi Ceh ini juga dibangun dengan sistem terbuka. Satu sisi memang paling bagus saat terjadi bencana, maka evakuasi menjadi cepat, karena tidak ada pintu yang susah dibuka.

“Kalau kita tutup seperti kerangkeng, namun sisi keamana bagus. Dua – duanya ada plus dan minus. Namun kembali lagi ke manusianya, kalau banyak sadar aturan, sadar hukum dan patuh, disiplin, maka semuanya akan bagus,” terngnya.

Ia juga mengimbau agar masyarakat juga ikut berpartisipasi, bagaimana menjaga rumah sakit supaya selalu memberikan pelayan yang terbaik, tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan.

Lebih lanjut disampaikannya, keamanan dan keselamatan pasien sangat terjaga di rumah sakit, bahkan antara pasien laki laki dan perempuan dipisah.

Petugas di ruang pemulihan juga ada yang petugas laki-laki dan perempuan, mereka saling membantu. Lengahnya yang pada kasus pelecehan itu menurut investigasi internal, paramedis yang berjaga saat itu pergi ke toilet kamar mandi selama 5 menit.

Biasanya, semua gorden terbuka, baru dipasang atau ditutup saat pasien misalnya ganti baju atau ganti sarung. Saat ditinggal petugas ke toilet, kondisi gorden di ruang pemulihan semua terbuka, saat ia kembali mendapati gorden dalam keadaan terbuka.

Menurut cerita perawat yang pertama melihat kondisi pasien tersebut, versi yang beredar karena batuk makanya datang perawat. Tapi versi perawat yang jaga, ketika ia datang, ia melihat gorden yang tadinya terbuka sudah dalam kondisi tertutup.

“Waktu itulah ia memergoki, tertangkap tangan. Makanya tidak susah untuk mencari siapa pelakunya,” ungkapnya.

Manajemen rumah sakit, tidak lepas tangan atas kejadian itu, selalu siap mengadvokasi korban, katakanlah ia trauma psikis dan mental, maka ia didampingi oleh psikolog. Sampai kapan? Sampai korban membutuhkannya dan kondisinya normal.

Pihaknya juga berharap, mestinya keluarga korban tidak mengekspos persoalan itu secara besar – besaran, karena nantinya akan merugikan korban, karena ada keinginan masyarakat atau teman untuk mencari tahu soal korban.

Dari awal, pihaknya juga sudah memberitahukan kepada ibu korban. “Artinya apa yang bisa kita selesaikan akan kita selesaikan, tetapi dengan disampaikan ke publik dapat menambah trauma si anak. Suatu saat akan berkembang,” ucapnya.

Apa yang perlu diselesaikan, maka sebaik mungkin manajemen akan mengikutinya.

Sekarang, pelaku juga sudah diproses secara hukum oleh pihak kepolisian. (sl)