Masih Butuh Ahli Bedah Anak

SAAT ini jumlah ahli bedah anak di Indonesia masih sangat minim, hanya 140150 orang. Khusus di Aceh, saat ini punya 5 orang spesialis bedah anak. Diakuinya, untuk provinsi sementara sudah mencukupi. Akan tetapi, di setiap kabupaten/ kota, idealnya punya satu dokter bedah anak. Kondisi itu terasa makin mendesak, karena pemerintah ingin mengembangkan rumah sakit regional. Sangat tepat jika memiliki ahli bedah anak di masingmasing rumah sakit tersebut.

Begitupun, penempatan ahli bedah ini harus diimbangi dengan pengadaan fasilitas yang mencukupi.Di Sumatera, kata Yusriadi, seperti di Bengkulu belum ada ahli bedah anak. Sementara di beberapa provinsi lain seperti Sumatera Barat dan Sumatera Utara sudah ada, meskipun belum dalam jumlah yang memadai. Penambahan dokter bedah anak di Aceh dinilai perlu dilakukan, mengingat jumlah kasus yang cenderung naik dari tahun ke tahun. Di RSUDZA bisa mencapai 60-70 kasus per bulan untuk dilakukan tindakan operasi. Setiap hari ada saja kasus, bukan hanya kelainan bawaan, melainkan juga kasuskasus lain seperti infeksi, hernia, dan anak-anak yang punya tumor di dalam perut.

Saat ini ada satu-dua kasus yang harus dirujuk ke luar daerah, misalnya kasus atresia bilier, yakni anak-anak yang tidak memiliki empedu. Penanganannya membutuhkan transplantasi hati. Dan ini belum bisa ditangani di RSUDZA. “Biasanya kasus semacam ini dikirim ke RSCM Jakarta,” katanya.Ditambahkan, selain makanan, obat-obatan juga ditengarai sebagai salah satu penyebab kelainan bawaan. Konsumsi antibiotik bebas tanpa kontrol dokter, juga bisa menjadi sebab munculnya kelainan pada organorgan bayi.

Selain itu, orang-orang yang tinggal di lingkungan industri atau dekat dengan limbah juga berpotensi si bayi yang dikandung punya kelainan bawaan.“Saya rasa perlu diberikan edukasi kepada ibu hamil apa saja yang disarankan dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi,” tutur dr. Teuku Yusriadi, Sp.BA.(sk)