Puasa Dalam Kondisi Khusus

TANPA terasa, bulan suci Ramadhan akan menyapa kita lagi. Banyak keutamaan pada bulan ini, di taranya adalah dilipatgandakannya pahala amal ibadah dan diampuninya dosa-dosa. Tentu kita tidak ingin melewatinya dengan sia-sia, bahkan kita tidak ingin niatan amal soleh di bulan Ramadhan ini terhalang oleh sesuatu, terutama sakit.

Demikianlah harapan kita, namun apa yang hendak dikata jika qadarullah (karena takdir Allah) kita dapati diri kita dalam kondisi kesehatan yang kurang mendukung terlaksananya ibadah puasa.

Jaganlah kita berkecil hati, pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai puasa dalam kondisi khusus, seperti pada yang sudah lanjut usia (lansia), dan orang dengan penyakit tertentu seperti sakit maag, diabetes, kadar asam urat berlebih, dan hipertensi.

Puasanya Lansia (Lanjut usia) Para lansia cenderung memiliki keinginan berpuasa yang lebih tinggi walaupun kondisi fisik mereka sudah mula menurun. Bahkan, paransia memiliki kecenderungan berlomba lomba memperbanyak ibadah, mengingat usia yang sudah tidak muda lagi. Pada dasarnya, tidak ada larangan bagi lansia untuk berpuasa. Bahkan, berdasarkan banyak pengalaman dari lansia yang berpuasa, justru merasakan banyak manfaat bagi kesehatannya.

Penelitian menunjukkan tidak ada gangguan fungsi ginjal pada kaum lansia yang puasa selama asupan cairan tubuhnya terpenuhi, yaitu antara 1.5 – 2 liter/hari. Hasil penelitian juga menunjukkan terjadinya penurunan asupan kalori, kolesterol total, LDL, trigeliserida, dan asam urat bagi para lansia yang berpuasa.

Meskipun demikian, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah ‘azza wajalla. Sedang kan nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dicari-cari.

Meskipun para lansia memiliki semangat yang tinggi, namun harus tetap mempertimbangkan kondisi kekuatan fisiknya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh lansia yang ingin berpuasa yaitu : 1. Pastikan bahwa kondisi fisik masih kuat dan mampu untuk melaksanakan puasa.

Dalam hal ini bisa dipastikan dengan memeriksakan diri ke dokter. Selain memeriksa fisik, biasanya seorang dokter juga akan meminta dilakukan pemeriksaan laboratorium (darah, urin) untuk mendeteksi adanya penyakit tertentu, seperti kadar gula, kolesterol, asam urat, dan lain-lain. Selanjutnya banyak berkonsultasi dan minta nasehat terkait dengan kondisi kesehatan jika nantinya berpuasa.

2. Tidak sedang mengalami penyakit komplikasi atau penyakit infeksi yang berat.

3. Hendaknya memilih aneka ragam akanan padat gizi dan jangan hanya mengandalkan suplemen. Banyak mengonsumsi makanan berserat, minum cukup cairan (1,5-2 L per hari), kurangi lemak dan kolesterol, batasi garam dan konsumsi gula.

4. Tetap berolahraga dan aktif secara .

Sesuaikan dengan kemampuan fisik, mengingat dari segi usia yang sudah tidak muda lagi. Konsultasikan dengan dokter sebelum memulai olah raga.

Puasanya Penderita Gangguan Lambung (Maag) Mungkin banyak penderita sakit maag yang berkecil hati dengan kondisi penyakitnya. Bagaimana tidak? Terlambat akan sedikit saja akan mengakibatkan munculnya keluhan yang menyiksa. Namun, kini saatnya penderita sakit maag memantapkan hati untuk berpuasa karena ternyata tidak ada larangan berpuasa yang sifatnya mutlak bagi seorang penderita sakit maag. Bahkan, jika puasa dilaksanakan dengan mengikuti rambu-rambu yang benar justru akan mendatangkan manfaat bagi orang yang sedang sakit maag.

Gejala yang sering dikeluhkan penderita maag antara lain rasa tidak nyaman di ulu hati, mual, muntah, kembung, rasa nas di ulu hati,cepat kenyang, dan mulut pahit. Serangan dapat datang tiba-tiba dan hilang timbul. Penyakit maag digolongkan dalam 2 kelompok, yaitu organik dan fungsional. Dikataorganik bila pada endoskopi ditemukan kelainan di kerongkongan, lambung, dan usus 12 jari. Dikatakan “fungsional”, bila pada endoskopi tidak ditemukan kelainan.

Puasa pada gangguan lambung jenis yang “fungsional” dapat meringankan bahkan menyembuhkan penyakit maag yang diderita. Memang pada hari-hari awal puasa terasa tidak nyaman. Seiring dengan berjalannya waktu, pola makan yang cukup dan teratur justru membuat kondisi kesehatan penderita maag fungsional semakin membaik, biidznillah (dengan seizin Allah).

Sedangkan penderita gangguan lambung jenis organic harus lebih berhati-hati.

Jika ingin berpuasa, hendaknya berkonsultasi dulu dan selalu sedia obat yang rekomendasikan dokter. Selain itu, harus dilihat dulu penyebabnya. Bila ada polip atau tumor, ulkus (luka), perdarahan atau nyeri hebat maka tidak diperbolehkan puasa.

Pada penderita penyakit maag, sangat dianjurkan untuk makan sahur karena sangat bermanfaat sebagai persiapan puasa. Pada saat berbuka, penderita dianjurkan makan dan minum yang manis terlebih dulu. Jangan makan dalam porsi besar, kurangi makanan berlemak dan makanan yang merangsang seperti asam atau pedas.

Hindari makanan yang banyak mengandung gas seperti buncis, kubis, sawi putih, brokoli, bawang dan telur. Selain itu, jangan lupa untuk menghindari minuman bersoda, kopi dan alkohol.

Puasanya Penderita Diabetes Mellitus (Kencing manis) Diabetes mellitus (DM) adalah sekumpulan gejala yang timbul pada seseorang ditandai dengan kadar kadar gula darah yang melebihi normal (hiperglikemi) akibat tubuh kekurangan hormone insulin baik absolute maupun relatif, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah. Penyakit DM dapat timbul secara mendadak pada anak-anak maupun orang dewasa muda, sedangkan pada orang dewasa berusia >40 tahun, penyakit ini sering muncul tanpa gejala d baru diketahui ketika yang bersangkutan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin.

Gejala yang dapat ditimbulkan antara lain : sering merasa haus (polidipsi), sering kencing (poliuri) terutama malam hari, mudah lapar sehingga sering makan (poli phagi), berat badan turun cepat lelah, mudah mengantuk, kulit kering dan gatal-gatal pa sebab yang jelas, kesemutan pada jari tangan dan kaki, penglihatan menjadi kabur, infeksi sulit sembuh, bisul yang hilang timbul, keputihan, infeksi pada kepala zakar balanitis) atau gatal pada kemaluan wanita (pruritus vulvae), dan impotensi pada pria.

Puasa tetap boleh dilaksanakan oleh penderita diabetes mellitus (DM) dengan kriteria sebagai berikut : 1. Penderita DM tipe-1 (diabetes karena kurangnya produksi insulin) yang stabil atau terkendali dengan perencanaan makan dan olah raga 2. Penderita DM tipe-2 (diabetes akibat kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin) dengan berat badan lebih serta kontrol yang baik dan pengawasan glukosa darah secara ketat 3. Penderita DM yang mendapat suntikan insulin satu kali per hari.

Sedangkan yang tidak dianjurkan puasa antara lain :

  1. Penderita DM dengan kadar gula yang tinggi sekali atau tidak stabil
  2. Penderita DM yang tidak mengikuti diet, pemakaian obat dan pengaturan aktivitas
  3. Penderita tipe-1 dan tipe-2 dengan kontrol yang buruk
  4. Penderita DM yang disertai komplikasi jantung, ginjal dan hati (karena kekurangan cairan dapat semakin membahayakan kerja organ-organ penting tersebut)
  5. Penderita DM yang mendapatkan suntikan insulin dua kali sehari atau lebih
  6. Penderita DM dengan riwayat ketoasidosis
  7. Penderita DM yang sedang hamil
  8. Penderita DM yang sedang mengalami infeksi
  9. Penderita DM dengan usia tua dengan masalah kesadaran
  10. Penderita DM yang mengalami dua kali/ lebih episode hipoglikemia selama puasa Ramadhan.

Penderita DM disarankan supaya memantau kadar glukosa darah dengan ketat dan belajar mengenali gejala hipoglikemia sejak dini. Hipoglikemi adalah suatu keadaan dimana kadar gula darah rendah karena tidak ada keseimbangan antara makanan yang dimakan, latihan jasmani, dan obat yang digunakan. Gejala hipoglikemi antara lain berkeringat dingin, gemetar pusing, lemas, mata berkunang-kunang, dan rasa perih di ulu hati seperti orang kelaparan. Bila mengalami gejala seperti ini,hendaknya segera minum segelas teh manis atau sirup dan segera periksa ke dokter. Jika glukosa darah kurang dari 63 mg/dl sebaiknya segera berbuka.

Penderita DM sangat dianjurkan akhirkan waktu makan sahur serta menghindari makanan manis. Penderita DM dapat berbuka dengan makanan n minuman yang menggunakan gula rendah kalori. Penderita sebaiknya mengkonsumsi karbohidrat tinggi serat seperti sereal atau roti gandum. Hendaknya penderita DM tetap rutin mengecek kadar gula darah dan selalu mengkonsumsi obat supaya kadar gula darahnya terkontrol. Jangan lupa untuk konsultasi dengan dokter mengenai jadwal pemberian obat dan dosisnya.

Puasanya Seseorang dengan Kadar Asam Urat Berlebih Sebenarnya yang dimaksud dengan asam urat adalah asam yang berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, yaitu salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh. Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup, yakni makanan dari tanaman (sayur, buah, kacang-kacangan atau hewan (daging, jeroan, ikan sarden). Jadi, asam urat merupakan hasil metabolisme di dalam tubuh yang kadarnya tidak boleh berlebih.

Kadar asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6 – 6 mg/dl. Kadar asam urat diatas normal disebut hiperurisemia.

Seseorang dengan kadar asam urat tinggi dan terus meningkat bisa munculkan gejala penyakit arthritis gout.

Gejala khas dari serangan arthritis gout adalah serangan akut yang biasanya bersifat monoartikular (menyerang satu sendi saja) dengan gejala pembengkakan, kemerahan, nyeri hebat, panas dan gangguan gerak dari sendi yang terserang yang terjadi mendadak dan mencapai puncaknya kurang dari 24 jam. Lokasi yang paling sering pada serangan pertama adalah sendi pangkal ibu jari kaki.

Penderita asam urat tetap boleh berpuasa dengan memperhatikan beberapa rambu-rambu, yaitu senantiasa memantau kadar asam uratnya. Jika kadar asam uratnya sangat tinggi atau gejala ng muncul sangat parah, maka sebaiknya menunda dulu sampai penyakitnya membaik baru kemudian boleh berpuasa.

Satu hal terpenting jika ingin berpuasa adalah harus cukup cairan yaitu mengonsumsi sekitar 1,5-2 L air dengan rincian 2 gelas saat buka puasa, 3-4 gelas setelah sholat tarawih hingga sebelum tidur, 1 gelas saat bangun tidur sebelum sahur, dan 1-2 gelas saat sahur. Ketika sahur dan berbuka hendaknya menghindari makanan yang mengandung kadar purin tinggi seperti jeroan (hati ginjal, jantung, paru), udang, remis, kerang, sardin, ekstrak daging (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol serta makanan kaleng.

Puasanya Penderita Hipertensi (Tekanan darah Tinggi) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang- kurangnya tiga bacaan tekanan dayang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi (hipertensi).

Pada sebagian besar penderita, hipertensi menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersama dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal tidak selalu).

Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan, yang bisa saja terjadi baik pada penrita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut : sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjl.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang penderita hipertensi yang ingin berpuasa, antara lain :

  1. Rutin memeriksa tekanan darah minimal dua kali sehari selama berpuasa yaitu pada pagi hari sekitar pukul 7 dan malam hari setelah shalat tarawih.
    Dianjurkan untuk memiliki alat ukur tekanan darah atau tensimeter di ruma (untuk lebih memudahkan bisa dipilih tensimeter digital). Selama berpuasa, hendaknya menjaga supaya tekanan darah tetap di bawah 140/90 mmHg. Pada batas itu, insyaAllah aman berpuasa.
    Seseorang yang memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg juga boleh berpuasa selama terkontrol dengan obat, rutin memantau tekanan darah dan selalu konsultasi dengan dokter.
  2. Rutin meminum obat yang diresepkan oleh dokter.
    Mintalah dokter untuk memberikan obat yang diminum satu kali dalam sehari supaya lebih mudah mengingat. Biasanya tekanan darah melonjak pada waktu subuh, kemudian akan turun men jelang siang. Untuk i, ketika makan sahur merupakan waktu paling baik untuk minum obat anti hipertensi.
  3. Usahakan untuk tidur cukup Tidur yang tidak cukup memicu emosi menjadi labil yang bisa meningkatkan tekanan darah.

Pada dasarnya, selama penyakit yang diderita bukan penyakit komplikasi dan infeksi berat, seseorang tetap boleh berpuasa. Tentu saja dengan catatan penyakitnya ter kontrol, tetap minum obat, serta rutin me meriksakan diri ke dokter. Selamat menunaikan ibadah puasa. Mudah mudahan Allah Subhanahu Wa Ta’ala menerima amal ibadah puasa kita dan senantiasa melimpahkan nikmat kesehatan pada kita semua.

(ekaubit. Sumber: Kesehatan Muslim)