TAGTO, Top Inovasi Terpuji dari RSUDZA

NAMANYA Terapi Ablasi Gondok Tanpa Operasi (TAGTO). Diberikan nama TAGTO agar mudah diingat dan menarik. Penegasan itu disampaikan oleh Dr Hendra Zufry SpPD K.EMD, FINASIM dalam perbincangannya dengan wartawan Tabloid RSUDZA Lam Haba di Poliklinik Endokrin Metabolik dan Diabetes RSUDZA, pekan lalu.
“Ini salah satu bentuk pengobatan alternatif untuk gondok pada pasien yang memang tidak bisa dilakukan tindakan operasi atau tidak bersedia dilakukan tindakan operasi,” kata dr Hendra disela-sela menangani pasien.

Dokter Hendra mengungkapkan, ada tiga tindakan yang bisa dilakukan untuk menangani gondok. Pertama, pada gondok jinak tapi berbentuk cairan, itu disebutnya ablasi etanol. Sedangkan yang berbentuk padat disebut se¬bagai Tindakan Radiofrekuensi Ablasi. Sementara pada gondok campuran, antara cair dan padat, itu digabung, yang menggunakan ablasi etanol dan yang menggunakan radio frekuensi.
Sebagai sebuah inovasi kompetisi pelayanan publik, maka dibutuhkan penamaan yang mudah diingat. Hendra menyebutkan bahwa kompetisi ini diikuti oleh hampir 3.670-an peserta dari seluruh Indonesia.

Para pesertanya berasal dari berb¬agai instansi, mulai dari kementerian, lembaga negara, provinsi, kabupaten/kota. Di Aceh ada beberapa peserta pembuat inovasi yang mengikuti kompetisi ini. RSUDZA sendiri mengirim lima usulan inovasi. “Alhamdulillah, TAG¬TO ini masih bertahan dalam 45 Top Inovasi Terpuji. Kita sedang menunggu apakah masuk lagi ke dalam 24 besar ataupun 9 besar,” tandasnya.
Proses seleksi penilaian terhadap inovasi ini bertahap, dan sudah berhasil melewati sejumlah tahapan penting.

Tahapan pertama adalah Nominasi Finalis. Tahapan kedua, Finalis. Selanjutnya masuk dalam taha¬pan 99 Top Inovasi. Kemudian masuk Top Inovasi Terpuji.

Tahap selanjutnya hanya di tingkat tim penilai independen. Setiap tahapan inovasi yang diusulkan punya penilaian yang ketat. Sebuah inovasi yang baru saja diterapkan misalnya, tidak bisa masuk nominasi. Setidaknya sudah dua tahun diterapkan baru bisa masuk nominasi. Alhamdulillah, inovasi buatan Dr Hendra dan kawan-kawan ini sudah lama diterapkan, yakni sejak 2013.

Dr Hendra menjelaskan, mula-mula inovasi ini mulai dikerjakan pada gondok yang isinya cairan. Proses ini lebih mudah, sederhana, dan murah pengerjaannya. Ting¬gal menyuntik dan menye¬dot cairan tersebut. Sedang¬kan pada gondok yang padat membutuhkan penanganan yang lebih kompleks. “Saya melakukan inovasi itu setelah saya pulang dari Korea. Saya pulang pergi beberapa kali. Terakhir belajar di Korea ta¬hun 2016. Saya pergi secara bertahap,” katanya.

Setelah 3 tahun memprak¬tekkan inovasi ini, dr Hendra pun mulai mulai menerima peserta pelatihan dari rumah sakit lain di Indonesia. Mere¬ka datang menemui dr Hendra untuk belajar inovasi tersebut. “Saya yang latih mereka bersa¬ma tim yang terkait dengan persoalan gondok, seperti radiolo¬gi, patologi, patologi klinik, dan beberapa ahli hormon. Dan ini dikelola oleh diklat. Mereka yang mengeluarkan sertifikat pelatihan,” tandasnya.

Bukan hanya berhasil melatih dokter lain dari berbagai daerah di Indonesia, inovasi ini juga sudah masuk kurikulum resmi Pendidikan Dokter Subspesialias untuk keahlian endokrin, metabolik dan dia¬betes. RSUDZA saat ini juga ditunjuk sebagai tempat belajar mereka yang sedang melanjut¬kan pendidikan ke subspesialis tersebut. “Saat ini berbagai uni¬versitas dan pusat riset sudah menghubungi RSUDZA untuk belajar tentang TAGTO. Ini sebenarnya hikmah lain dari pelayanan. Kita juga jadi center tempat pelatihan dan pendidikan,” tandasnya.

Dikatakan dr Hendra, pada dasarnya penyakit gondok, walaupun tergolong jinak, umumnya ditangani dengan cara pembedahan. Tapi, sejak beberapa tahun silam, rumah sakit ini memberikan beberapa opsi. Bagi yang setuju pembedahan, dipersilakan. Sedang¬kan bagi pasien yang tidak suka atau tidak berani, maka dilakukan dengan cara TAGTO.
“Yang tidak berani melakukan pembedahan, rumah sakit ini juga menyiapkan tin¬dakan tanpa pembedahan. Bagi saya ini lebih enak untuk didengar. Tidak ada yang lebih hebat dari yang lain,” katanya.
Terkait tingkat kesembu¬han, kata dr Hendra, ada sedikit perbedaan.

Jika penanganan dilakukan dengan proses pembedahan, maka mendadak hilang gondok. Sedangkan terapi TAGTO, hanya yang ber¬bentuk cair yang bisa hilang langsung. Prosesnya dilakukan dengan penyedotan cairan. Se¬dangkan penanganan gondok yang berbentuk padat, setelah dilakukan radio frekuensi ablasi, maka pengecilannya didapat secara bertahap.(skn)