Penanganan Stroke Lewat Mechanical Thrombectomy
KOMITMENT untuk terus menghadirkan layanan terbaik di RSUDZA terus diupayakan oleh Pemerintah Aceh selaku pemilik. Konsistensi itu semata mata sebagai upaya untuk mewujudkan pelayanan maksimal di rumah sakit rujukan utama di Aceh tersebut.
Hasilnya, layanan demi layanan terus dihadirkan di Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) guna memberikan layanan paripurna kepada masyarakat di Tanah Rencong tersebut. Salah satunya adalah dalam bentuk layanan untuk penanganan stroke. “Alhamdulillah RSUDZA telah bisa melaksanakan penanganan stroke lewat metode Mechanical Thrombectomy. Metode ini merupakan penanganan yang dilakukan bagi pasien yang dibawa ke rumah sakit tidak melebihi waktu enam jam atau waktu golden time,” kata dr Nasrul Musadir Sp.N Subsp. NIIOO (K) FINA saat disambagi Tim Tabloid Lamhaba RSUDZA.
Mechanical Thrombectomy merupakan tindakan dengan cara menyedot atau mengambil clot yang menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di otak. Lewat metode tersebut aliran darah di dalam pembuluh darah otak dapat lancar kembali dan dapat memperbaiki gejala klinis yang dialami pasien.
Alhamdulillah RSUDZA telah bisa melaksanakan penanganan stroke lewat metode Mechanical Thrombectomy. Metode ini merupakan penanganan yang dilakukan bagi pasien yang dibawa ke rumah sakit tidak melebihi waktu enam jam atau waktu golden time.Nasrul Musadir
Spesialis Saraf
“MT salah satu metode terbaru dalam penanganan stroke iskemik untuk tindakan di bidang neurointervensi,” kata spesialis saraf tersebut.
Ia menjelaskan, Mechanical Thrombectomy dilakukan di ruang khusus (angiography suite) atau ruang catheter laboratorium (cathlab) dengan menggunakan kawat (wire) khusus dan selang (catheter) khusus yang dimasukkan melalui pembuluh darah besar, terutama melalui arteri femoralis di paha, wire dan micro catheher kemudian diarahkan ke clot pembuluh darah di otak dan dengan teknik stent deployer atau pump aspiration atau gabungan keduanya. Clot yang menyumbat pembuluh darah tersebut kemudian ditarik keluar dari pembuluh darah, sehingga aliran darah di dalam pembuluh darah lancar kembali.
Tindakan MT tersebut sebelumnya didahului dengan tindakan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang merupakan prosedur diagnostik untuk menilai pembuluh darah di otak. Lewat Tindakan tersebutlah dapat diketahui bagaimana kondisi pembuluh darah dari segi letak dan besarnya kerusakan yang terjadi yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan metode pengobatan yang tepat, termasuk pertimbangan penggunaan tindakan MT. “Lewat DSA kita dapat mengetahui secara menyeluruh keadaan pembuluh darah otak karena dapat dilihat dari berbagai sudut penglihatan termasuk jika menggunakan teknik tampilan 3 dimensi. DSA berfungsi tidak hanya sebagai diagnosis untuk penyakit stroke, tapi juga dapat mendeteksi berbagai kelainan di pembuluh darah otak lainnya, “ katanya.
Ia mengatakan, Kementerian Kesehatan menempatkan stroke sebagai salah satu dari penyakit-penyakit besar yang perlu mendapatkan perhatian secara intens dalam penanganannya, termasuk pemanfaatan metode metode terbaru dalam penanganan stroke.
Mulai tahun ini, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah-langkah serius yang diperlukan dalam penanganan stroke, dengan menfokuskan pada tindakan MT termasuk solusi pembiayaannya, karena untuk Tindakan MT tersebut memerlukan biaya yang besar seperti alat habis pakai saat tindakan itu dilakukan.
Ia menuturkan salah satu yang menjadi masalah dalam pengobatan stroke dengan menggunakan metode MT adalah waktu penanganannya harus dilakukan dalam waktu 6 jam sejak pertama kali pasien mengalami gejala (onset). “Penanganan lebih cepat di bawah enam jam dapat meminimalisir dampak kecatatan akibar stroke dan ini sering terlambat, karena masih minimnya kesadaran masyarkat untuk segera membawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas MT dan jarak tempuh pasien ke unit layanan kesehatan,” katanya.
Menurut dia, untuk meningkatkan kesembuhan dan menurunkan penderita stroke, maka yang paling penting adalah meningkatkan pengetahuan masyarakat untuk mengetahui gejala stroke, risiko dan segera membawa ke rumah sakit.
Di Indonesia, terutama di kota- kota besar, DSA sebagai metode diagnostik dan MT sebagai metode terapi telah berkembang sedemikan rupa, sehingga sudah menjadi pilihan rutin bagi pasien- pasien stroke fase akut.
Di Aceh, tindakan DSA baru mulai dilakukan secara rutin sejak akhir tahun 2021 di Rumah Sakit dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh dan pada tahun 2023, sebagaimana kebijakan dari kementerian kesehatan, maka pengembangan tindakan MT akan segera dilakukan di RSUDZA.
Bagi masyarakat yang keluarganya penderita stroke harus dapat sesegera mungkin membawa ke rumah sakit RSUDZA guna mendapatkan penanganan lebih cepat dalam upaya meminimalisir kecatatan dan kesakitan.
Semoga lewat pendekatan metode baru yang terus dikembangkan dan diterapkan di rumah sakit rujukan utama di Aceh itu, angka kematian dan kecacatan akibat stroke akan semakin menurun di provinsi ujung paling barat Indonesia itu.(Hamiz)