Memberi yang Terbaik Untuk Kebaikan Bersama

KESIBUKAN luar biasa selalu menjadi pemandangan rutin pada setiap unit layanan medis di Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin, Banda Aceh. Apalagi hari-­hari diawal pekan, setiap poliklinik bisa melayani hampir lima ratusan pasien rawat jalan, belum lagi pasien yang harus menginap. Tak terkecuali, hal serupa juga terlihat di Unit Pelayanan Tuberclosis Terpadu atau disingkat PTT, yang berada di gedung lama RSUDZA. “Jumlah penderita semakin hari semakin meningkat, ibarat fenomena gunung es,” ungkap seorang wanita enerjik dalam balutan busana islami, suatu siang di pekan lalu. Wanita bersiluet proporsional dengan raut wajah tegas itu adalah Ns. Cut Elli Yusfi S.Kep, Wakil Kepala Ruang PTT (Ruang Marwah) RSUDZA.

Kami berbincang lepas di sela­sela padatnya tugas wanita penyandang gelar Sarjana Keperawatan lulusan Universitas Syiah Kuala ini, di ruang kerjanya, Kamis (14/12) siang, saat cuaca Kota Banda Aceh seperti memanggang, setelah sepakan berakhirnya musim penghujan yang menimbulkan banjir dan longsor di seantero Aceh. Sejumlah berkas penting, tampak tertata apik di sudut meja kerja sang perawat kelahiran Pidie 12 Agustus 1979 itu. Menurutnya, fasilitas pelayanan di RSUD dr Zainoel Abidin akan terus dibenahi meskipun dengan cara bertahap. Selain itu, peningkatan kinerja layanan dari tenaga medis seperti dokter, perawat dan petugas lainnya, juga terus dilakukan. “Insya Allah tahun depan fasilitas di Rumah Sakit Zainoel Abidin semakin lengkap,” tandas Wakil Kepala Ruang PTT (Ruang Marwah) RSUDZA itu bersemangat.

Sebagai rumah sakit pemerintahan yang terbesar di Aceh dan juga sebagai RS rujukan utama di propinsi Aceh, pelayanan memang menjadi hal utama. Ia langsung membelokkan arah pembicaraan kami seputar pelayanan tuberculosis di RSUDZA. Dijelaskannya, Pelayanan Tuberculosis Terpadu (PTT) merupakan instalasi sentral yang disediakan oleh Rumah Sakit Umum dr Zainoel Abidin untuk pelayanan pasien TB Paru dan TBMDR (Multi Drug Resistance). “Fasilitas yang dimiliki oleh PTT adalah Poli TB Paru (Poli Dots) dan Poli TB­MDR. Selain itu PTT juga memiliki ruang rawat meliputi ruang ruang rawat suspek TB (wanita dan pria), 4 ruang ISO, 2 ruang inap TB (wanita dan pria) serta ruang penderita TB MDR dengan jumlah daya tampung sebanyak 6 bed,” beber Cut Elli Yusfi, bersemangat. Wanita begitu antusias menjelaskan seputar Poli TB MDR yang ia kawal. Dengan gamblang ia merincikan situasi terakhir di poli tersebut. Selain itu ia juga bercerita banyak tentang perjalanan karirnya di RSUDZA. Tepat kata, wanita ini ternyata punya jam terbang termasuk tinggi di rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu.

Sebelumnya, dalam rentang tahun 2004 hingga 2006, perempuan humoris yang kerap disapa Cut Elli ini sempat ditugaskan di Ruang Paru. Lalu pada tahun 2007 Ns. Cut Elli Yusfi, S.Kep melanjutkan pendidikan/studi Keperawatan di Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. “Saya aktif bekerja kembali pada tahun 2011 dan ditempatkan di ruang rawat inap bedah sebagai staf,” ucapnya. Selama setahun lebih, Cut Elli juga pernah ditugaskan sebagai staf di ruang thalasemia RSUDZA. Selanjutnya di penghujung tahun 2013 ibu tiga anak ini kembali ditempatkan di ruang Jantung Paru di Rumah Sakit kebanggaan rakyat Aceh itu. “Lalu pada akhir tahun 2014 saya bertugas di ruang PTT dan alhamdulillah pada tahun 2015 saya dipromosikan sebagai Waka di ruang PTT hingga sekarang ini,” tutur Ns Cut Elli Yusfi, S.Kep. Jebolan SMA Negeri 1 Mutiara Pidie tahun 1998 ini mengaku, tantangan demi tantangan merupakan pemicu bagi dirinya untuk tetap konsisten berbuat yang terbaik.

Kesempurnaan adalah ketika kita mampu mensyukuri nikmat dan kekurangan diri. Itulah sebabnya, ia bertekad untuk tidak berhenti belajar dan terus memberi yang terbaik. “Lakukan yang terbaik dan bersikaplah yang baik, maka kita akan menjadi orang yang terbaik,” ujarnya. Untaian kalimat yang menjadi filosofi hidup Sarjana Keperawatan lulusan Universitas Syiah Kuala ini mengakhir bincang­bincang Kru Lam Haba RSUDZA di ruang kerjanya. Seketika, ia pun bergegas meninggalkan Ruang Marwah, persis beriringan dengan gema suara azan yang mulai berkumandang. Bagi seorang Cut Elli, kebaikan, katanya, merupakan ladang amal dan bekal untuk kehidupan di masa yang akan datang. Kebaikan juga pasti akan mendatangkan kedamaian dan kebahagian untuk diri kita sendiri dan buat orang lain. Cut Elli menyebut bahwa sikap konsisten dan bertanggung jawab terhadap tugas dan amanah akan membuat hidup seseorang lebih berarti. Konsistensi memang tak boleh dianggap remeh, apalagi dalam melakukan hal­hal baik dan terus memberikan yang terbaik bagi keluarga dan lingkungan pekerjaan. “Karena, orang yang selalu berusaha memberikan yang terbaik akan mendapatkan kebaikan dalam hidupnya,” pungkas istri dari Teuku Edi Satria ini.(rid)