Abstract
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh di atas 380C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan salah satu kejadian bangkitan kejang yang sering dijumpai pada anak balita dan merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan bagi orang tua, dan tingginya angka kejadian dimasyarakat. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kejang demam adalah anemia defisiensi besi karena besi memiliki peran penting dalam fungsi penghantaran serabut saraf. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan anemia defisiensi besi dengan kejang demam. Penelitian ini dilakukan secara potong lintang. Populasi penelitian adalah semua pasien anak umur 1–5 tahun yang didiagnosis kejang demam yang dirawat di RSUD dr. Zainoel Abidin tahun 2019 yang tercatat pada rekam medis. Jumlah sampel dalam penelitian ini ada 40 orang terdiri dari 23 subyek dengan kejang demam sederhana dan 17 subyek dengan kejang demam kompleks. Variabel yang diteliti adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh, faktor genetik dan anemia defisiensi besi. Hasil penelitian didapatkan kejang demam sederhana 23(57.5%) dan kejang demam kompleks 17(42.5%). Jenis kelamin laki-laki didapatkan paling banyak yaitu 25(62.5%) ,suhu tubuh ≥390C 21(52.5%) subyek, faktor genetik yang mempengaruhi terjadinya kejang demam yaitu 17(42.5%). Anemia defisiensi besi didapatkan pada sebagian besar kejang demam yaitu 30(75%). Pada kejang demam kompleks didapatkan persentase anemia defisiensi besi lebih tinggi yaitu 15/17(88.2%). Fokus infeksi penyebab kejang demam adalah sebagian besar infeksi saluran pernafasan atas yaitu 37/40(92.5%). Terdapat gambaran anemia defisiensi besi pada sebagian besar pada subyek kejang demam pada anak balita di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pada tahun 2019.
References
Leung A, Robson WL. Febrile seizures. J Pediatri Health Care 2007;21.h.250-5.
Stafstrom CE. The incidence and prevalence of febrile seizures. Dalam: Baram TZ, Shinnar S, penyunting. Febrile Seizure. San Diego: Academic Press; 2002.h.1-25.
Widodo DP. Kejang demam: apa yang perlu diwaspadai? Penanganan demam pada anak secara profesional. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XL VII. Jakarta: 2005.h.58-66.
Yuana I. Korelasi kadar seng serum dan bangkitan kejang demam. Sari Pediatri 2010;12.h. 150-6.
Wu J, Fisher RS. Hyperthermic spreading depressions in the immature rat hippocampal slice. J Neurophysiol 2000;84.h.1355-60.
Georgieff MK. Nutrition and the developing brain: nutrient priorities and measurement. Am J Clin Nutr 2007;85.h. 614-20.
Hartfield DS, Tan J, Yager JY, Rosychuk RJ, Spady D, Haines C, dkk. The association between iron deficiency and febrile seizures in childhood. Clin Pediatr 2009;20.h.1-7.
Andriastuti M, Triasmoro T. Implementation of reticulocyte Hb content as a tool for early diagnosis of iron deficiency. Dalam: Wahab AS, Setyati A, Ardianto B, dkk. Penyunting. Kumpulan makalah lengkap KONIKA XVII. Implementing advances in pediatrics for better child health. KONIKA XVII Jogjakarta 2017.h.397-403.
Khanis A. Defisiensi besi dengan parameter sTfR sebagai faktor risiko bangkitan kejang demam (Tesis). Semarang: Departemen Ilmu Kesehatan Anak Universitas Diponegoro, 2010.
Helmi HM. Perbedaan manifestasi klinis kejang demam. Skripsi. Jurnal media medika muda. 201
Kharunnisa I, Syarief I, Rahmatini. Gambaran Elektrolit dan Gula Darah Pasien Kejang Demam yang Dirawat di Bangsal Anak RSUP Dr. M. Djamil. Jurnal Kesehatan Andalas : 2013
Kumari P, Nair MK, Nair SM, Kailas L, Geeta S. Iron deficiency as a risk factor for simple febrile seizure--a case control study. Indian Pediatrics 2012; 49: h. 17-9.
Hartfield DS, Tan J, Yager JY, Rosychuk RJ, Spady D, Haines C, et al. The association between iron deficiency and febrile seizures in childhood. Clin Pediatr (Phila) 2009; 48: h. 420-6.
Gunawan PI, Suharso D. Faktor Risiko Kejang Demam Berulang pada Anak. M Med Indones.2012:46; h.75-9.