Analisis Faktor Risiko Terjadinya Syok pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Zainoel Abidin
PDF (Bahasa Indonesia)

Keywords

Demam berdarah dengue
Syok
Faktor prognosis

How to Cite

Raihan, R., Fitriani, E., & Herawati, H. (2020). Analisis Faktor Risiko Terjadinya Syok pada Anak dengan Demam Berdarah Dengue di RSUD dr. Zainoel Abidin . Journal of Medical Science, 1(2), 74–80. https://doi.org/10.55572/jms.v1i2.29

Abstract

Indonesia hingga saat ini masih mengalami masalah dengan infeksi virus dengue. Manifestasi klinis yang sangat beragam membuat seringkali sulit menegakkan diagnosis klinis awal demam berdarah dengue (DBD), termasuk memprediksi perjalanan penyakit akan menjadi syok atau syok berulang. Penilaian yang tepat terhadap faktor risiko terjadinya syok merupakan salah satu parameter penting sehingga dapat dilakukan tatalaksana adekuat, pencegahan syok, dan perdarahan.  Tujuan penelitian ini adalah menemukan faktor risiko terjadinya syok pada DBD berdasarkan parameter klinis dan laboratoris. Dilakukan penelitian retrospektif berdasarkan data rekam medik pasien DBD di RSUD dr. Zainoel Abidin yang memenuhi kriteria WHO 1997 dan pemeriksaan serologi yang terkonfirmasi mulai Januari 2015 hingga April 2017. Lama demam, hepatomegali, perdarahan, hemokonsentrasi, leukosit, dan trombosit merupakan variabel bebas, sedangkan variabel tergantung adalah syok. Analisis statistik menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan 56.1% laki-laki dan 43.9% perempuan dengan kelompok terbanyak (39.6%) berusia 5─10 tahun. Mayoritas pasien (53.2%) dengan status gizi baik. Sebanyak 43.2% pasien mengalami syok setelah hari keempat sakit 31.6%. Ditemukan hepatomegali (49.6%), perdarahan saluran cerna (15.1%), hematokrit ≥42% (62.6%), hemokonsentrasi (56.8%), leukospenia (51.1%) dan 64.1% dengan trombosit ≥50.000─100.000/mm3. Analisis regresi logistik mendapatkan faktor prognosis yang paling berperan terhadap terjadinya syok adalah perdarahan saluran cerna dan hepatomegali dengan AOR 13.8 dan 8.4.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa perdarahan saluran cerna dan hepatomegali yang paling berperan sebagai faktor prognosis terjadinya syok pada DBD.

https://doi.org/10.55572/jms.v1i2.29
PDF (Bahasa Indonesia)

References

Darmowandowo, W. (1999). Correlation between humoral immune respons and the severity of dengue hemorrhagic fever. Dalam: Kuntaman, Lusida, M.I., Hargono, R, Poernomo B, penyunting. Proceeding of the International Seminar on Dengue Fever/Dengue Hemorrhagic Fever. Surabaya.
Dewi, R., Tumbelaka, A.R., & Syarif, D.R. (2006). Clinical features of dengue hemorrhagic fever and risk factors of shock event. Pediatrica Indonesiana, 46, 144─148.
Djoharman, S., & Samsi, T.K. (1992). Demam berdarah dengue berat dengan konfirmasi virologik. Cermin Dunia Kedokteran, 81, 40─43.
Gayatri. (1997). Faktor-faktor prognosis pada demam berdarah dengue. Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Halstead, S.B. (2007). Dengue fever/dengue hemorrhagic fever. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, A.M., eds. Nelson Textbook of Pediatric (18th ed). Philadelphia: WB Saunders.
Kan, E.F., & Rampengan, T.H. (2004). Factors associated with shock in children with dengue hemorrhagic fever. Pediatrica Indonesiana, 44, 171─175.
Kanath, S.R., & Rajet, S. (2006). Clinical feature, complication and atypical manifestation of children with severe form of DHF in South Indian. Indian Journal of Pediatrics, 73, 889─895.
Lubis, M. (2005). Spectrum of DSS in Haji Adam Malik Hospital during 5 years. Research report from JKPKBPPK. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan.
Malavige, G.N., Ranatunga, P.K., & Velathanthiri, V.G.N.S. (2006). Pattern of disease in Srilanka dengue patients. Archives of Disease in Childhood, 91(5), 396─400.
Maron, G.M., Clara, A.W., & Diddle, J.W. (2001). Association between nutritional status and severity of dengue infection in children in Salvador. American Journal of Tropical Medicine and Hygiene, 82(2), 324─329.
Narayanan, M., Aravind, M.A., & Ambikapathy, P. (2003). Dengue fever-clinical and laboratory parameters associated with complications. Dengue Bulletin, 27, 108─115.
Rampengan, T.H. (1986). Demam berdarah dengue pada anak di RSU Manado. Majalah Kedokteran Indonesia, 6, 300─305.
Shah, I., & Katira, B. (2005). Clinical and laboratory abnormalities due to dengue in hospitalized children in Mumbai. Dengue Bulletin, 29, 90─96.
Soedarmo, S.P. (2002). Infeksi virus dengue. Dalam: Soedarmo, S.P., Garna, H., Hadinegoro, S.R.S., penyunting. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak dan Penyakit Tropis (Ed pertama). Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Soegijanto, S., Kushartono, H., Hidayah, N., & Darmowandowo, D. (2002). Demam berdarah dengue. Dalam Soegijanto, S., penyunting. Ilmu Penyakit Anak-Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
Tantracheewathorn, T., & Tantrachewathorn, S. (2007). Risk factors of dengue shock syndrome in children. Journal of the Medical Association of Thailand, 90(2), 272-277.
WHO. (1997). Dengue haemorrhagic fever: diagnosis, treatment and control. Geneva.
Wichmann, O., Hongsiriwon, S., Bowonwatanuwong, C., Chotivanich, Sukhtana, Y., & Pukrittayakamee. (2004). Risk factors and clinical features associated with severe dengue infection in adults and children during the 2001 epidemic in Chonburi Thailand. Tropical Medicine and International Health, 9(9), 1022-1029.

Downloads

Download data is not yet available.