Pembiusan Anak Dilakukan Secara Khusus

KALAU dari segi anestesi (pembiusan), anak itu beda dengan orang dewasa. Karena anak bukan orang dewasa dalam bentuk mini. Tapi dia beda secara anatomi, fisiologi, biokimia dan psikologinya juga berbeda. Sehingga penanganannya untuk anestesi perlu dilakukan secara khusus. Contohnya ada operasi yang bisa dilakukan dengan lokal anestesi pada orang dewasa, misalnya tumor, bisul, jaringan lunak tumbuh dengan kecilkecil.

“Tapi pada anak-anak diperlukan pembiusan, karena dia tak bisa kooperatif akibat tak bisa bekerja sama,” ujar dr. Yusmalinda Sp.An, salah seorang dokter spesialis anestesi yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Provinsi Aceh. Nanti pada persiapannya atau jenis-jenis tindakannya bisa saja yang operasi kecil ini risikonya sama tingginya dengan operasi yang lebih besar. Misalnya hernia atau laparotomi. Kemudian persiapannya, monitoring selama operasinya dan pasca anestesinya.

Ada hal-hal khusus yang perlu dipertimbangkan juga pada anak yang menjalni operasi. “Contoh kita memulai anestesi atau induksi pada anak itu harus didampingi orang tua, dia pasti dengan kondisi takut menangis, makanya perlu didampingi orang tua,” jelasnya. Sementara pada orang dewasa tidak didampingi, dia dapat mandiri dan bisa sendiri di kamar operasi. Kemudian mengenai penatalaksanaan anestesi obat-obatan, dosis per kilogram berat badannya sangat ketat. Kalau pada orang dewasa misalnya antibiotik 500 gram, parasetamol satu gram.Tapi kalau pada anak-anak betul-betul miligram per kilogram berat badannya harus diukur.

“Kemudian cairan juga begitu, dia sangat sensitif terhadap kekurangan atau kelebihan cairan. Kemudian banyak komplikasi anestesi yang khusus,” terangnya.Kemudian banyak komplikasi anestemi yang khusus pada anak. Misanya pada anak dengan infeksi saluran pernafsan atas (ISPA). Itu risiko terjadinya gangguan nafas pada saat operasi tinggi dibandingkan dengan pada pasien dewasa.

Menurut dr Yusmalinda, secara pribadi dirinya lebih suka pada anak. Karena risiko infeksi pada anak itu yang bisa menular sangat kecil. Anak tidak punya penyakit macammacam, kemudian secara tenaga menangani anak-anak tak banyak.Justru tak butuh kekuatan ototnya dibanding dengan orang dewasa pegang jalan nafas saja sudah berat. “Misalnya bagian tersempitnya dari saluran nafas itu dia bukan di pita suara, tapi di bawahnya sehingga kita perlu bagian khusus saat menggunakan alatalat jalan nafas yang berbeda antara orang dewasa dengan anak,” ungkapnya.

Sementara terkait lebih mudah menangani antara anak dan orang dewasa, itu masih relatif. Masing-masing dokter anestesi ini sebenrnya ada keminatan tersendiri. Ada yang kurang suka pembiusan anak-anak. Nah itu tadi memasang infus kecil dan susah nyarinya.“Kemudian kalau kelainan bibir sumbing, secara teori lebih susah pada anak-anak karena dia beda dibandingkan orang dewasa,” sebutnya. Kalau pasiennya sehat kemudian terjadi komplikasi anestesi hingga meninggal.

Maka pihak keluarga tak mau mnerima. Karena anak kecil itu lagi senang-senangnya dan lucu-lucunya dan kemudian berat meninggalkan anak satu-satunya. Meninggal (pasien) itu berat, padahal kalau dari segi anestesi risiko khusus yang terjadi pada anak-anak. “Sedangkan yang lain biasanya dengan kelainan jantung bawaan,” katanya lagi.

Menurut dr. Yusmalinda, tentu saja risiko pembiusannya lebih tinggi dari pada yang sehat. Kemudian penyakit anak-anak ini khusus, beda dengan orang dewasa. Misalnya tidak ada dinding perutnya, atau kandung kecilnya di luar rongga perut. Penyempitan saluran makan, tidak terbenturnya lubang anus, itu kan khusus pada anak-anak, dan nggak ada pada orang dewasa.“Para anak-anak operasinya pada mulai hari, bisa begitu lahir langsung bisa dioperasi, bisa juga tiga hari, itu mungkin yang khusus pada anak,” pungkasnya. (mh)