Abstract
Sterilisasi pada wanita adalah salah satu metode kontrasepsi yang efektif dan aman mencegah kehamilan permanen. Beberapa wanita yang telah melakukan sterilisasi muncul penyesalan dikemudian hari, dan perasaan menyesal ini umumnya beriringan dengan keinginan untuk memiliki anak kembali. Penyesalan pasca tuba sterilisasi lebih banyak terjadi pada Negara dengan perekonomian lemah, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya keinginan untuk mempunyai anak kembali, perubahan status pernikahan pasca sterilisasi, kematian anak yang dimiliki, satus sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan, dan kepercayaan. Aceh adalah salah satu propinsi di Indonesia yang menerapkan syariah islam sebagai landasan dalam menjalankan pemerintahan, saat ini belum diketahui angka penyesalan pasca tuba sterilisasi di Aceh dan RSUD dr. Zainoel Abidin yang merupakan RS Propinsi yang mayoritas muslim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka penyesalan pasca tuba sterilisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di RSUD dr. Zainoel Abidin September 2014-Desember 2016. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif cross sectional, menggunakan total sampling data medical record pengguna KB kemudian dilakukan wawancara via telpon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 156 pasien yang melakukan tuba sterilisasi di RSUD dr. Zainoel Abidin sejak September 2014-Desember 2016 dan 73 pasien berhasil dilakukan survei melalui wawancara lewat telpon. Semua pasien adalah muslim dengan usia rata-rata wanita melakukan tuba sterilisasi berkisar 36-45 tahun yaitu 51 orang (70%), usia termuda 23 tahun dan tertua 47 tahun. Lama pernikahan rata-rata 16 tahun, dengan pernikahan termuda 2 tahun. Jumlah anak rata-rata 4 orang, jumlah anak terendah 1 orang, dan terbanyak telah memiliki 7 anak. 67 pasien (91.8%) tuba sterilisasi merupakan pasien dengan bekas seksio cesarean dan tanpa komplikasi obstetri. Terdapat 8 orang (11%) diantaranya menyesal telah melakukan tuba sterilisasi. Faktor yang mempengaruhi diantaranya keinginan untuk memiliki anak kembali, jenis kelamin anak yang belum mencukupi , dan rasa berdosa.
References
Becner, A., Turkanović, A. B. dan But, I. (2015) ‘Regret following female sterilization in Slovenia’, International Journal of Gynecology and Obstetrics, 130(1), pp. 45–48. doi: 10.1016/j.ijgo.2015.02.024.
Boeckxstaens A, Devroey P, Collins J, T. H. (2017) ‘Getting pregnant after tubal sterilization: surgical reversal or IVF?’, Human Reproduction.
Fritz, M. A. dan Speroff, L. (2011) ‘Speroff Clinical Endocrinology & Infertilty 8th ed’. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins, pp. 921–35.
Jayakrishnan, K. dan Baheti, S. (2011) ‘Laparoscopic tubal sterilization reversal and fertility outcomes’, Journal of Human Reproductive Sciences, 4(3), p. 125. doi: 10.4103/0974-1208.92286.
Ludermir AB, Machado KM, Costa AM, Alves SV, A. T. (2009) ‘Tubal ligation regret and related risk factors: findings from a case-control study in Pernambuco State, Brazil’, Cad Saude Publica.
M Yossry, M Aboulghar, A D’Angelo, W. G. (2006) ‘In vitro fertilisation versus tubal reanastomosis (sterilisation reversal) for subfertility after tubal sterilisation’, Cochrane Database of Systematic Reviews.
MKEK Indonesia (2002) ‘Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia’.
Muhyiddin (2014) ‘Fatwa MUI tentang vasektomi: tanggapan ulama dan dampaknya terhadap peningkatan medis operasi pria (MOP)’, Al-Ahkam, 24(1), pp. 69–92.
Pfeifer S, sokol R, gracia C, rebar R, barbera Al, odem R, dkk. (2015) ‘Role of tubal surgery in era of assissted reproductive technology : a committee opinion’, Fertilsteril.
Singh, A. dkk. (2012) ‘Sterilization regret among married women in India: Implications for the indian national family planning program’, International Perspectives on Sexual and Reproductive Health, 38(4), pp. 187–195. doi: 10.1363/3818712.