RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Jadi Tuan Rumah Kampanye Mutu Pelayanan Kesehatan dan Bimtek PPRA–PPI 2025

Banda Aceh, 21–22 Oktober 2025 — Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh kembali menunjukkan komitmennya dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien. Tahun ini, RSUDZA dipercaya oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sebagai tuan rumah pelaksanaan Bimbingan Teknis (Bimtek) Program Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) dan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), serta Kampanye Mutu Pelayanan Kesehatan Tahun 2025.
Kegiatan ini dilaksanakan di Auditorium Multazam 2 RSUDZA dan diikuti oleh ratusan peserta yang terdiri atas tenaga kesehatan, mahasiswa profesi, serta peserta didik dari berbagai program studi di lingkungan rumah sakit pendidikan utama tersebut.
Program ini merupakan bagian dari agenda nasional Direktorat Mutu Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan RI, sebagaimana tertuang dalam Surat Nomor KU.01.03/D.VI/2525/2025 tanggal 16 September 2025, yang menunjuk tiga rumah sakit pelaksana, yaitu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, RSUD dr. Soetomo Surabaya, dan RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Rangkaian kegiatan diawali dengan Bimbingan Teknis PPRA–PPI pada Selasa, 21 Oktober 2025, yang berlangsung di Auditorium Multazam 2 RSUDZA.
Keesokan harinya, Rabu, 22 Oktober 2025, RSUDZA menggelar Kampanye Mutu Pelayanan Kesehatan 2025, yang diikuti oleh mahasiswa magang, tenaga kesehatan, serta tim mutu, PPRA, dan PPI rumah sakit.
Kegiatan ini turut dihadiri oleh perwakilan dari berbagai lembaga, antara lain Kementerian Kesehatan RI, Sweden–Indonesia Sustainability Partnership (SISP), PT Essity Hygiene and Health Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kota Banda Aceh, serta Fakultas Kedokteran dan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
Acara dibuka oleh dr. Amy Rahmadanti, M.Sc. dari Direktorat Jenderal Kesehatan Lanjutan Kementerian Kesehatan RI, yang menyampaikan bahwa kegiatan Kampanye Mutu Pelayanan Kesehatan ini mencakup tiga fokus utama, yaitu keselamatan pasien, pengendalian resistensi antimikroba (AMR), serta pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
“Kementerian Kesehatan sejak tahun 2019 telah melibatkan mahasiswa dan peserta didik dalam kampanye keselamatan pasien. Pembekalan sejak dini ini penting agar tenaga kesehatan masa depan memahami dan menerapkan prinsip mutu dan keselamatan pasien secara konsisten,” ujarnya.
Beliau juga mengapresiasi kolaborasi antara Kementerian Kesehatan, Sweden–Indonesia Sustainability Partnership (SISP), dan RSUD dr. Zainoel Abidin, yang telah menjadi tuan rumah kegiatan ini.
“Semoga kampanye ini menjadi langkah nyata dalam memperkuat budaya keselamatan dan mutu pelayanan di rumah sakit,” tutup dr. Amy.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari PT Essity Hygiene and Health Indonesia melalui kemitraan dengan Pemerintah Swedia.
Simon Atmaja, Channel Development Manager PT EssityHygiene and Health Indonesia, menyampaikan bahwa program ini bukan sekadar simbol kerja sama bilateral antara Pemerintah Indonesia dan Swedia, tetapi juga bentuk nyata kolaborasi lintas sektor untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan berkelanjutan.
“Resistensi antimikroba adalah tantangan global yang memerlukan pendekatan holistik dan berkesinambungan. Melalui kampanye ini, kami berharap tumbuh kesadaran akan penggunaan antibiotik yang bijak, khususnya di RSUD dr. Zainoel Abidin yang telah menjadi pionir dalam berbagai inisiatif kesehatan masyarakat,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Direktur RSUDZA, dr. Arifatul Khorida, MPH, menyampaikan apresiasi atas kepercayaan yang diberikan oleh Kementerian Kesehatan kepada RSUDZA sebagai tuan rumah kegiatan ini.
“Keselamatan pasien adalah komitmen kita bersama. Pencegahan infeksi dan resistensi antimikroba harus menjadi budaya di setiap lini pelayanan. Kampanye ini menjadi langkah nyata dalam meningkatkan kesadaran dan mutu pelayanan,” ungkapnya.
Sebagai rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUDZA saat ini memiliki lebih dari 650 peserta PPDS dan hampir 3.000 peserta didik aktif setiap tahunnya. Kegiatan seperti ini menjadi sarana penting untuk menanamkan nilai-nilai mutu dan keselamatan sejak tahap pendidikan klinik.
“Kami berharap kampanye seperti ini tidak hanya dilaksanakan sekali dalam setahun, tetapi menjadi kegiatan berkelanjutan untuk menanamkan budaya keselamatan dan pengendalian resistensi di seluruh rumah sakit di Indonesia,” tambah dr. Arifatul.
Rangkaian kegiatan kampanye berlangsung meriah dan interaktif. Kegiatan ini menghadirkan paparan kebijakan dan diskusi panel dari berbagai narasumber nasional serta internal RSUDZA. Para peserta mengikuti setiap sesi dengan antusias, terutama saat membahas topik seputar mutu pelayanan, keselamatan pasien, dan upaya pengendalian resistensi antimikroba.
Pada Sesi Diskusi Panel 1, yang dipandu oleh dr. Masralena Siregar, Sp.PD-KPTI, FINASIM, dua narasumber nasional hadir berbagi wawasan.
dr. Bambang Tutuko, Sp.An-KIC dari Komite Nasional Keselamatan Pasien membuka sesi dengan materi “Budaya Keselamatan di Rumah Sakit”, menekankan pentingnya penerapan budaya keselamatan di seluruh lini pelayanan kesehatan.
Selanjutnya, dr. Franciscus Ginting, Sp.PD-KPTI, Ph.D., Ketua PPI RSUP H. Adam Malik Medan, memaparkan materi “Penggunaan Antibiotik Rasional bagi Peserta Didik Rumah Sakit”, yang mengulas bagaimana edukasi sejak masa pendidikan dapat mendorong praktik penggunaan antibiotik yang bijak dan bertanggung jawab.
Diskusi berlanjut pada Sesi Panel 2, dengan moderator dr. Yoska Yasahardja dari PT Essity Hygiene and Health Indonesia.
Sesi ini menghadirkan dr. Syamsul Rizal, Sp.BP-RE(K), Ketua KPRA RSUDZA, yang membahas “Implementasi Program Keselamatan Pasien, PPRA, dan PPI di Rumah Sakit”. Ia menyoroti pentingnya sinergi antara kebijakan, edukasi, dan praktik klinis dalam menjaga keselamatan pasien.
Kemudian, dr. Lauhil Mahfudz, Sp.B, Subsp.BVE(K) menutup sesi dengan topik “Peranan Rawat Luka Modern dalam Pencegahan AMR”, menjelaskan bagaimana pendekatan modern dalam penatalaksanaan luka dapat berkontribusi dalam menekan resistensi antimikroba.
Diskusi yang dipandu oleh dr. Masralena Siregar dan dr. Yoska Yasahardja berlangsung hangat dan inspiratif. Interaksi yang terjalin antara narasumber dan peserta menciptakan suasana belajar yang terbuka, kolaboratif, dan penuh semangat berbagi pengalaman.
Seluruh kegiatan dilaksanakan secara hybrid, dengan peserta yang hadir langsung di Auditorium Multazam 2 RSUDZA serta peserta daring dari berbagai institusi kesehatan di Aceh dan luar daerah.
Kegiatan diakhiri dengan sesi dokumentasi dan foto bersama seluruh peserta, narasumber, serta perwakilan dari Kementerian Kesehatan, RSUDZA, dan mitra internasional sebagai simbol kebersamaan dan komitmen untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Penulis: wenny
Editor: bu cut eka