Orangtua dari Anak Korban Penyakit Menular, Berbagi Cerita di RSUDZA
BANDA ACEH - Zikir rutin yang digelar di RSUDZA bersama Sekretaris Daerah (Sekda)
Aceh, Taqwallah juga diikuti peserta secara virtual. Dalam kesempatan tersebut,
Sekda Aceh juga menghadirkan salah satu orang tua dari anak korban penyakit
menular akibat tidak melakukan vaksinasi.
Sekda memintanya untuk membagi cerita kepada seluruh peserta zikir, agar
menjadi pelajaran dan pengalaman betapa pentingnya imunisasi anak. Adalah Leni
Safitri, ia adalah ibu dari anak laki-laki yang berumur dua bulan setengah.
Ia harus kehilangan buah hati tercintanya itu akibat penyakit Pertusis
yang menyerang. Ia tak mampu membendung tangisan saat menceritakan hal
tersebut, hingga suaranya terbata-bata saat menceritakan anaknya.
“Pada tanggal 21 April 2022 anak saya dirawat di RSUDZA. Sebelumnya
dirawat di RS Ibnu Sina Aceh Besar karena demam, batuk terus menerus tidak
berhenti selama 8 hari kemudian mengalami sesak napas. Selama dirawat anak saya
sempat kejang beberapa kali. Setelah dirawat 3 hari, sesaknya makin berat,
sehingga dirujuk ke RSUDZA,” kata Leni.
Oleh sebab kondisi anaknya semakin berat, kata Leni, maka dirawat di ICU
anak sampai harus memakai alat bantu pernapasan. Kata dokter anaknya mengalami
penyakit pertusis yaitu batuk sampai seratus hari hingga sesak napas.
“Menurut dokter, penyakit ini bisa dicegah dengan imunisasi. Anak saya
memang tidak saya imunisasi karena saya takut anak saya demam setelah di
imunisasi,” kata Leni.
Leni berharap tidak ada lagi orang tua yang mengalami kejadian seperti
yang dialaminya. Oleh karenanya, ia mengajak semua pihak berikhtiar dengan
melakukan imunisasi untuk anak-anak, agar mereka terhindar dari penyakit
berbahaya. Sehingga bisa tetap sehat, tumbuh dewasa, berguna bagi keluarga,
agama, bangsa dan negara.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr. Hanif mengatakan, Bulan Imunisasi Anak
Nasional (BIAN) perlu dilaksanakan untuk mengeliminasi penyakit menular pada
anak di tahun 2023. Ia mengatakan, cakupan imunisasi rutin di Aceh mengalami
penurunan hingga menyebabkan meningkatnya kasus.
“Masyarakat dapat mengakses imunisasi anak ke fasilitas kesehatan terdekat seperti puskesmas, rumah sakit pemerintah, rumah sakit swasta, klinik, praktik bidan dan pos pelayanan di sekolah dan dayah,” sebut Hanif.