RSUDZA Menjadi Pusat Metode Manajemen Intervensi Minimal

Admin 2017-10-12 01:12:10

Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) saat ini tidak hanya menjadi rujukan utama berbagai rumah sakit yang ada di Aceh. Kini, rumah sakit milik pemerintah Aceh tersebut juga  menjadi sebuah tempat studi banding bagi berbagai dokter dan staf medis lainnya dari berbagai provinsi di Indonesia. Kini RSUDZA memiliki beberapa pelayanan unggulan, yang bahkan dokter  dan fasilitasnya tidak dimiliki oleh rumah sakit mana pun di republik ini. 

Menurut Direktur RSUDZA dr Fachrul Jamal, Sp.AN,  KIC, prestasi tersebut tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak, terutama Pemerintah Aceh yang terus menambah  sejumlah fasilitas dan meningkatkan kualitas tenaga medis  di rumah sakit bertipe A itu. "Tidak hanya pasien luar yang datang ke tempat kita, dokter-dokter ahli di  daerah lain pun sudah banyak yang belajar ke RSUDZA. Mereka ke sini misalnya untuk mempelajari terapi gondok dengan suntikan khusus dan belajar ICU", kata Fachrul Jamal kepada kru RSUDZA Lam Haba, pekan lalu. Ditambahkan Fakhrul Jamal, jika selama ini penyakit gondok dan sejenisnya kerap  berakhir di tangan ahli bedah dengan risiko komplikasi yang besar, saat ini justru  cukup dengan satu suntikan. Rumah sakit yang dipimpinnya juga punya tenaga ahli mumpuni di bidang tersebut. Menurut Fachrul Jamal, RSUDZA merupakan rumah sakit pertama di kawasan Asia Tenggara yang melakukan pengobatan gondok dengan prosedur invasif minimal. Layanan unggulan ini dirintis oleh seorang dokter ahli yang juga putra asli Aceh,  dr Hendra Zufry SpPD. Dengan prosedur invasif minimal,  gondok dapat dihilangkan  tanpa pembedahan, sehingga tidak menimbulkan bekas luka yang nyata. Layanan ini mencakup tiga prosedur invasif minimal,  yaitu Ethanol Ablation, Radiofrequency Ablation, dan Core Needle Biopsy.

Ethanol Ablation, merupakan prosedur yang diketahui aman, efektif, dan murah  untuk penanganan gondok  yang berisi kista (kista thyroid). Dengan jarum khusus  dilakukan penyedotan cairan kista dari dalam gondok dan  dilanjutkan dengan memasukkan cairan ethanol ke tempat  bekas kista dengan tujuan agar kista tidak kambuh kembali. Tingkat keberhasilan prosedur ini mencapai 94%  - 97%. Sedangkan radiofrequency Ablation, merupakan  prosedur pilihan untuk penanganan gondok yang berisi  massa padat (bukan kista). Massa di dalam gondok ini dihancurkan menggunakan teknik pemanasan jaringan  dengan suatu alat yang menghasilkan gelombang radio antara 200 - 1200 kHz. Sementara Core Needle Biopsy adalah  prosedur diagnostic terbaru untuk mencari tahu tingkat keganasan jaringan gondok.

Tahapan ini dilakukan bila prosedur diagnosis yang  lain gagal menentukan ganas tidaknya suatu jaringan gondok. Dikatakan, dengan penggunaan teknologi Hybrid, dimana kamar operasi kembar  antara fungsi diagnosa dan  fungsi operatif dalam satu ruangan, maka hasilnya akan lebih efektif. Seperti diketahui, untuk bedah jantung misalnya,  RSUDZA tidak lagi melakukannya secara tradisional. Selama ini tindakan bedah dengan tindakan diagnostik lainnya dilakukan di ruangan berbeda. Nah, dengan memiliki Kamar Bedah Jantung Hybrid  atau Hybrid Cardiac Operating Suite, pelaksanaan operasi berlangsung efisien, karena  menggunakan kamar operasi  bedah jantung yang dilengkapi dengan fasilitas alat diagnostic imaging yang canggih. Alat itu disebut dengan Angiography yang mana  dapat melakukan tindakan pembedahan dan intervensi non-bedah secara bersamaan, misalnya tindakan operasi bypass jantung koroner dan pemasangan stent (cincin). Tindakan pembedahan minimal invasif jantung (luka sayatan kecil) juga dapat dikerjakan di kamar bedah jantung  hybrid. Sterilitas ruangan  yang tinggi menjadikan hybrid berbeda dengan cath  lab. Fachrul Jamal memastikan bahwa hanya Aceh yang  memiliki fasilitas ini. Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta,  pun baru berencana membangun tahun ini. "Banyak  alat yang canggih-canggih kita punya seperti MRI, CT Scan generasi terbaru, alat suntik untuk obat gondok,  alat suntik untuk menghilangkan nyeri kronis, alat pencuci darah canggih di ICU, serta  laboratorium terpadu dan tercanggih", katanya.

Dijelaskan, saat ini RSUDZA juga menjadi center  metode manajemen intervensi minimal dalam penyembuhan pasien nyeri (pasien  saraf). Penerapan metode itu didukung oleh keberadaan  teknologi C-Arm di Oka Hybrid, yang merupakan salah  satu teknologi penunjang terbaru di RSUDZA. Dengan kecanggihan teknologi C-Arm itu, dokter dapat memasukkan jarum ke dalam tubuh pasien tanpa  pembedahan. Jarum ini berfungsi sebagai kamera untuk  melihat target sumber nyeri yang akan diobati. Kemudian dengan jarum yang lain akan disuntikkan obat. Namun, hadirnya berbagai peralatan canggih tersebut,  kata Fachrul Jamal, menuntut  adanya sumber daya manusia yang mumpuni, mulai dari  perawatan hingga pengoperasionalan alat-alat tersebut. Namun, hal ini tidak sulit dilakukan, mengingat RSUDZA  secara gradual meng-upgrade kemampuan seluruh stafnya, mulai dari perawat, hingga dokter spesialis. Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki, ahli anestasi  jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini  berharap warga Aceh untuk  memanfaatkan pelayanan secara maksimal di rumah sakit  ini. Apalagi semua pelayanan diberikan secara gratis. Tidak ada alasan bagi warga Aceh untuk membuang-buang uang ke luar negeri jika hanya untuk  mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. ?Kecuali memang ingin jalan-jalan  ke luar negeri, silakan saja kalau memang punya banyak uang,? tandas Fachrul Jamal sambil tersenyum. Meskipun sudah memiliki sejumlah pelayanan unggulan dengan fasilitas yang  mumpuni, RSUDZA juga  ingin terus menambah peralatan medis untuk berbagai  kebutuhan.

Menurut Direktur RSUDZA, saat ini pihaknya  masih membutuhkan sejumlah alat seperti penggantian  radiologi CT scan, PACS (Alat Komputer Pengganti Gambar Film), alat cuci darah khusus di ICU, alat untuk operasi  otak dengan teknologi minimal invasif, alat penilai fungsi saraf tulang belakang, dan  alat untuk sinar kanker ganas. "Tentu terlalu banyak yang  harus dipenuhi dalam setahun ke depan. Kita berharap  Pemerintah Aceh tetap serius  membantu investasi RSUDZA menjadi rumah sakit Jantong Hate Rakyat Aceh", kata  Ketua IDI Wilayah Aceh ini. Saat ini pun, kata Fachrul Jamal, pihaknya sedang  mengembangkan Information  of Technology (IT) untuk pendaftaran online pasien yang  ingin berobat di poliklinik RSUDZA. Dengan cara ini,  pasien tidak perlu datang pagi-pagi untuk mendapatkan  nomor urut antrean seperti selama ini terjadi. Mereka bisa  mendaftarkan di rumah secara online. Selain itu, pihaknya juga sedang meng-onlinekan sistem rujukan terpadu  di seluruh Aceh. Dengan cara ini, seluruh rumah sakit bisa saling melihat ketersediaan pasien dan dokter di semua  rumah sakit. Akhirnya, rujukan yang dikeluarkan tepat  dan membantu sang pasien mendapatkan perawatan yang lebih baik.(sk)