RSUDZA Menjadi Pusat Metode Manajemen Intervensi Minimal
Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) saat ini tidak hanya menjadi rujukan utama berbagai rumah sakit yang ada di Aceh. Kini, rumah sakit milik pemerintah Aceh tersebut juga menjadi sebuah tempat studi banding bagi berbagai dokter dan staf medis lainnya dari berbagai provinsi di Indonesia. Kini RSUDZA memiliki beberapa pelayanan unggulan, yang bahkan dokter dan fasilitasnya tidak dimiliki oleh rumah sakit mana pun di republik ini.
Menurut Direktur RSUDZA dr Fachrul Jamal, Sp.AN, KIC, prestasi tersebut tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak, terutama Pemerintah Aceh yang terus menambah sejumlah fasilitas dan meningkatkan kualitas tenaga medis di rumah sakit bertipe A itu. "Tidak hanya pasien luar yang datang ke tempat kita, dokter-dokter ahli di daerah lain pun sudah banyak yang belajar ke RSUDZA. Mereka ke sini misalnya untuk mempelajari terapi gondok dengan suntikan khusus dan belajar ICU", kata Fachrul Jamal kepada kru RSUDZA Lam Haba, pekan lalu. Ditambahkan Fakhrul Jamal, jika selama ini penyakit gondok dan sejenisnya kerap berakhir di tangan ahli bedah dengan risiko komplikasi yang besar, saat ini justru cukup dengan satu suntikan. Rumah sakit yang dipimpinnya juga punya tenaga ahli mumpuni di bidang tersebut. Menurut Fachrul Jamal, RSUDZA merupakan rumah sakit pertama di kawasan Asia Tenggara yang melakukan pengobatan gondok dengan prosedur invasif minimal. Layanan unggulan ini dirintis oleh seorang dokter ahli yang juga putra asli Aceh, dr Hendra Zufry SpPD. Dengan prosedur invasif minimal, gondok dapat dihilangkan tanpa pembedahan, sehingga tidak menimbulkan bekas luka yang nyata. Layanan ini mencakup tiga prosedur invasif minimal, yaitu Ethanol Ablation, Radiofrequency Ablation, dan Core Needle Biopsy.
Ethanol Ablation, merupakan prosedur yang diketahui aman, efektif, dan murah untuk penanganan gondok yang berisi kista (kista thyroid). Dengan jarum khusus dilakukan penyedotan cairan kista dari dalam gondok dan dilanjutkan dengan memasukkan cairan ethanol ke tempat bekas kista dengan tujuan agar kista tidak kambuh kembali. Tingkat keberhasilan prosedur ini mencapai 94% - 97%. Sedangkan radiofrequency Ablation, merupakan prosedur pilihan untuk penanganan gondok yang berisi massa padat (bukan kista). Massa di dalam gondok ini dihancurkan menggunakan teknik pemanasan jaringan dengan suatu alat yang menghasilkan gelombang radio antara 200 - 1200 kHz. Sementara Core Needle Biopsy adalah prosedur diagnostic terbaru untuk mencari tahu tingkat keganasan jaringan gondok.
Tahapan ini dilakukan bila prosedur diagnosis yang lain gagal menentukan ganas tidaknya suatu jaringan gondok. Dikatakan, dengan penggunaan teknologi Hybrid, dimana kamar operasi kembar antara fungsi diagnosa dan fungsi operatif dalam satu ruangan, maka hasilnya akan lebih efektif. Seperti diketahui, untuk bedah jantung misalnya, RSUDZA tidak lagi melakukannya secara tradisional. Selama ini tindakan bedah dengan tindakan diagnostik lainnya dilakukan di ruangan berbeda. Nah, dengan memiliki Kamar Bedah Jantung Hybrid atau Hybrid Cardiac Operating Suite, pelaksanaan operasi berlangsung efisien, karena menggunakan kamar operasi bedah jantung yang dilengkapi dengan fasilitas alat diagnostic imaging yang canggih. Alat itu disebut dengan Angiography yang mana dapat melakukan tindakan pembedahan dan intervensi non-bedah secara bersamaan, misalnya tindakan operasi bypass jantung koroner dan pemasangan stent (cincin). Tindakan pembedahan minimal invasif jantung (luka sayatan kecil) juga dapat dikerjakan di kamar bedah jantung hybrid. Sterilitas ruangan yang tinggi menjadikan hybrid berbeda dengan cath lab. Fachrul Jamal memastikan bahwa hanya Aceh yang memiliki fasilitas ini. Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta, pun baru berencana membangun tahun ini. "Banyak alat yang canggih-canggih kita punya seperti MRI, CT Scan generasi terbaru, alat suntik untuk obat gondok, alat suntik untuk menghilangkan nyeri kronis, alat pencuci darah canggih di ICU, serta laboratorium terpadu dan tercanggih", katanya.
Dijelaskan, saat ini RSUDZA juga menjadi center metode manajemen intervensi minimal dalam penyembuhan pasien nyeri (pasien saraf). Penerapan metode itu didukung oleh keberadaan teknologi C-Arm di Oka Hybrid, yang merupakan salah satu teknologi penunjang terbaru di RSUDZA. Dengan kecanggihan teknologi C-Arm itu, dokter dapat memasukkan jarum ke dalam tubuh pasien tanpa pembedahan. Jarum ini berfungsi sebagai kamera untuk melihat target sumber nyeri yang akan diobati. Kemudian dengan jarum yang lain akan disuntikkan obat. Namun, hadirnya berbagai peralatan canggih tersebut, kata Fachrul Jamal, menuntut adanya sumber daya manusia yang mumpuni, mulai dari perawatan hingga pengoperasionalan alat-alat tersebut. Namun, hal ini tidak sulit dilakukan, mengingat RSUDZA secara gradual meng-upgrade kemampuan seluruh stafnya, mulai dari perawat, hingga dokter spesialis. Dengan berbagai fasilitas yang dimiliki, ahli anestasi jebolan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini berharap warga Aceh untuk memanfaatkan pelayanan secara maksimal di rumah sakit ini. Apalagi semua pelayanan diberikan secara gratis. Tidak ada alasan bagi warga Aceh untuk membuang-buang uang ke luar negeri jika hanya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas. ?Kecuali memang ingin jalan-jalan ke luar negeri, silakan saja kalau memang punya banyak uang,? tandas Fachrul Jamal sambil tersenyum. Meskipun sudah memiliki sejumlah pelayanan unggulan dengan fasilitas yang mumpuni, RSUDZA juga ingin terus menambah peralatan medis untuk berbagai kebutuhan.
Menurut Direktur RSUDZA, saat ini pihaknya masih membutuhkan sejumlah alat seperti penggantian radiologi CT scan, PACS (Alat Komputer Pengganti Gambar Film), alat cuci darah khusus di ICU, alat untuk operasi otak dengan teknologi minimal invasif, alat penilai fungsi saraf tulang belakang, dan alat untuk sinar kanker ganas. "Tentu terlalu banyak yang harus dipenuhi dalam setahun ke depan. Kita berharap Pemerintah Aceh tetap serius membantu investasi RSUDZA menjadi rumah sakit Jantong Hate Rakyat Aceh", kata Ketua IDI Wilayah Aceh ini. Saat ini pun, kata Fachrul Jamal, pihaknya sedang mengembangkan Information of Technology (IT) untuk pendaftaran online pasien yang ingin berobat di poliklinik RSUDZA. Dengan cara ini, pasien tidak perlu datang pagi-pagi untuk mendapatkan nomor urut antrean seperti selama ini terjadi. Mereka bisa mendaftarkan di rumah secara online. Selain itu, pihaknya juga sedang meng-onlinekan sistem rujukan terpadu di seluruh Aceh. Dengan cara ini, seluruh rumah sakit bisa saling melihat ketersediaan pasien dan dokter di semua rumah sakit. Akhirnya, rujukan yang dikeluarkan tepat dan membantu sang pasien mendapatkan perawatan yang lebih baik.(sk)