C-Arm RSUDZA Satu-Satunya di Sumatera
Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh terus membuat terobosan baru dengan perlengkapan alat canggih dan mutakhir. Semuanya ini dilakukan untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit terdepan di Sumatera dan Indonesia. Berbagai peralatan canggih itu membuat warga Aceh tak perlu lagi berobat ke Malaysia, karena di daerah sendiri sudah bisa menangani berbagai keluhan penyakit. RSUZA saat ini menjadi center metode manajemen intervensi minimal dalam penyembuhan pasien nyeri (pasien saraf). Penerapan metode itu didukung oleh keberadaan teknologi C-Arm di Oka Hybrid yang merupakan salah satu teknologi penunjang terbaru di RSUZA.
Dokter Spesialis Saraf RSUZA, Dr dr Dessy Rakhmawati Emril Sp.S(K) mengatakan, dengan kecanggihan teknologi C-Arm itu mereka dapat memasukkan jarum ke dalam tubuh pasien tanpa pembedahan. Jarum yang dilengkapi fungsi kamera itu bisa melihat target sumber nyeri yang akan diobati. "Dengan jarum yang lain akan disuntikkan obat. Kita juga dapat melihat masuk dan aliran obat itu ke mana, ya dengan alat itu", ujar Dessy. Sebenarnya itu bukan alat yang baru sekali, tapi sudah ada sejak 2015 di RSUDZA. Tindakan yang dikerjakan dengan didukung alat tersebut juga sebenarnya sudah lama.
Sedangkan untuk tindakan serupa mulai dilakukan sejak dirinya bekerja pada tahun 2010. Tapi keberadaan C-Arm yang terintergrasi dengan Oka Hybrid merupakan kebaruan dan lebih canggih di RSUDZA. Kemudian operasionalnya lebih mudah. Karena itu C-Arm merupakan peralatan canggih yang mahal sekali. Kalau C-Arm manual juga ada, tapi lebih canggih C-Arm yang sekarang ini. Sebenarnya C-Arm itu sama kayak alat radiologi. Alat radiologi di rontgen sebetunya. Jadi di rontgen, misalnya akan kelihatan tulang itu. "Saya menyuntikkan di tempat-tempat yang sudah ditentukan tempatnya di sekitar tulang. Jadi untuk tahu di mana jarum saya, maka saya di rontgen pakai C-Arm itu. Di direkam pakai C-Arm atau yang sebetulnya sama kayak foto. Jadi begitu taruh jarum terlihat di foto, bila belum pas digeser, foto lagi, geser lagi dan foto lagi sampai pas", ujarnya.
Cara kerjanya, kata dr Dessy, seperti C-Arm menampilkan gambar, misalnya kalau bekerja di tulang belakang, ya gambar tulang belakang seperti di rontgen. Nanti akan ditaruh dimana ia bisa menyuntik, maka bisa dilihat dengan peralatan C-Arm. Alat canggih ini, seperti mata mata dokter yang bisa melihat langsung dan boleh dibilang sebagai panduan dalam menangani pasien. "Selain perlatan C-Arm, kita juga pakai USG. Tapi USG sekarang sudah canggih sekali. Kalau USG sekarang tidak sama dengan USG yang dulu sehingga sangat penting juga peralatan canggih ini", ujarnya. Tapi kalau untuk penanganan nyeri, kata dr Dessy, USG yang digunakan harus yang high resolution atau punya kemampuan resolusi yang sangat tinggi untuk bisa melihat syaraf. Karena saat menyuntik harus nampak struktur yang ingin disuntik dengan jelas atau namanya high resolution ultrasound. "Di rumah sakit kita ini punya alat itu, kita punya C-Arm dengan teknologi tinggi, dan kita punya USG dengan spesifikasi high resolution atau resolusi tinggi. Jadi high resolution USG ultrasound dengan C-Arm berteknologi tinggi yang kita gunakan sebagai panduan dalam penyuntikan pada tindakan internvensi nyeri", ujar dr Dessy.
Keberadaan peralatan canggih ini sangat menguntungkan dan cukup membantu dalam menangani pasien. Sebetulnya keuntungan dari tindakan, bukan dari alat semata. Keuntungan dari tindakan yang dikerjakan oleh dokter, dan alat itu sebagai petunjuk atau panduan. Jadi, bukan alat yang ditaruh untuk menyembuhkan. Tapi bantuan alat tersebut sangat membantu para dokter dalam menangani untuk kesembuhan pasien. Biasanya pasein dengan nyeri banyak yang ditangani para dokter. Contohnya pasien nyeri punggung bawah, tapi oleh dokter ditempuh cara dengan diobati dulu atau tidak langgsung disuntik. Jangka waktu tertentu dengan pemberian obat yang optimal, fisioterapi dan semua tindakan yang diperlukan. Kalau tidak berkurang nyerinya sampai yang signifikan itu baru akan disuntik. "Langkah berikutnya adalah dengan intervensi nyeri ini ya disuntik. Kita harapkan akan membaik dari pada awalnya di kasih obat", ujarnya.
Atau cara kedua, ada pasien yang mungkin belum mau untuk di operasi. Kalau pasien tak mau di operasi, coba disuntik dulu. Tapi kalau ada pasien yang harus operasi, ya disarankan untuk menjalani operasi. "Tapi kalau masih bisa tidak di operasi, pasien juga belum mau. Ya bisa kita coba dengan suntikan. Kalau gagal, mau tak mau dia harus di operasi", ujarnya. Menurut dr Dessy, RSUDZA merupakan satu-satunya rumah sakit di Sumatera yang memiliki peralatan canggih C-Arm yang terintegrasi dengan Oka Hybrid. Sedangkan rumah sakit lain di Indonesia pun masih langka peralatan tersebut, dan hanya satu dua saja yang memilikinya. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi RSUZA yang patut diperhitungkan sebagai rumah sakit dengan yang memiliki peralatan canggih di Indonesia. "Tapi kalau C-Arm manual ada di rumah sakir Kesdam dan rumah sakit Fakinah", ujarnya. Wajar tak semua rumah sakit memiliki peralatan canggih tersebut. Karena harga peralatan tersebut bisa puluhan miliar yang lengkap semuanya. Bahkan alat tersebut juga bukan hanya menjadi andalan yang berguna bagi para dokter di polisyaraf. Karena peralatan C-Arm yang terintegrasi dengan Oka Hybrid juga bisa digunakan untuk keperluan bedah jantung, bedah thorax dan ortopedi. "Jadi, itu alat ada banyak tindakan yang bisa dikerjakan di situ", ujarnya.