WAKIL Gubernur (Wagub) Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, awal April meluncurkan program Integrasi Data Kependudukan dengan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) pada RSUDZA di Aula Auditorium RSUDZA Banda Aceh.
KETUA Asosiasi Rumah Sakit Daerah Seluruh Indonesia (ARSADA) Provinsi Aceh, dr Fachrul Jamal Sp.An KIC berharap rumah sakit umum daerah (RSUD) di kabupaten/ kota di Aceh tersebut ada yang memiliki dokter bedah anak. “Kita berharap rumah sakit daerah yang ada di Aceh memiliki dokter bedah anak, sehingga kasus-kasus yang terjadi di daerah dapat tertangani secara cepat oleh tim dokter yang ada di sana,” katanya.
Anak bukanlah miniatur orang dewasa. Mereka juga bukan dewasa yang kecil, sehingga secara anatomi dan fisiologi tubuh pasti akan berbeda dengan orang dewasa. Inilah filosofi yang dianut dokter bedah anak di berbagai belahan dunia. “Contohnya, pada orang dewasa kita bisa bertanya bapak sakit apa. Sedangkan anak-anak hanya bisa menangis. Sehingga sangat penting peran orangtua dan skill si dokter untuk melakukan intervensi kira-kira ke arah mana sakitnya,” tandas Ahli Bedah Anak dr. Teuku Yusriadi, Sp.BA kepada tabloid RSUDZA Lam Haba di Poliklinik Bedah Anak, RSUDZA, pekan lalu.
Wakil Direktur Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, Dr. dr. Azharuddin Sp.OT KSpine, mengatakan, saat ini penyakit difteri mulai menyerang anak-anak Aceh. “Kita di Aceh sudah banyak merawat pasien difteri, di RSUD dr. Zainoel Abidin ada 6 pasien yang sedang kita tangani, di rumah sakit daerah-daerah juga ada yang merawat pasien difteri,” katanya. Azaharuddin menjelaskan, difteri adalah infeksi bakteri yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat mudah menular dan termasuk infeksi serius yang dapat menyebabkan kematian.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh memberlakukan sistem registrasi online, menyusul jumlah pasien yang berobat terus membludak tiap hari. Wakil Gubernur Aceh, Nova Iriansyah meresmikan sistem registrasi online bagi pasien di RSUDZA Banda Aceh, Senin (31/10). Sistem online tersebut, kata Wagub, merupakan sebuah langkah dan lompatan kecil yang dampaknya besar bagi dunia kesehatan di Aceh.
Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh terus membuat terobosan baru dengan perlengkapan alat canggih dan mutakhir. Semuanya ini dilakukan untuk menjadikan RSUDZA sebagai rumah sakit terdepan di Sumatera dan Indonesia. Berbagai peralatan canggih itu membuat warga Aceh tak perlu lagi berobat ke Malaysia, karena di daerah sendiri sudah bisa menangani berbagai keluhan penyakit. RSUZA saat ini menjadi center metode manajemen intervensi minimal dalam penyembuhan pasien nyeri (pasien saraf). Penerapan metode itu didukung oleh keberadaan teknologi C-Arm di Oka Hybrid yang merupakan salah satu teknologi penunjang terbaru di RSUZA.
Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) saat ini tidak hanya menjadi rujukan utama berbagai rumah sakit yang ada di Aceh. Kini, rumah sakit milik pemerintah Aceh tersebut juga menjadi sebuah tempat studi banding bagi berbagai dokter dan staf medis lainnya dari berbagai provinsi di Indonesia. Kini RSUDZA memiliki beberapa pelayanan unggulan, yang bahkan dokter dan fasilitasnya tidak dimiliki oleh rumah sakit mana pun di republik ini.
Masyarakat di Provinsi Aceh kini tak perlu jauh-jauh lagi untuk berobat jika mengalami masalah dengan saraf, sebab semua layanan yang di berikan didukung oleh alat serba canggih yang terkadang tidak semua rumah sakit memiliki alat tersebut. Ketersediaan alat canggih dan penunjang lainnya merupakan komitmen dari Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) dan Pemerintah Aceh dalam memberikan layanan prima buat seluruh masyarakat. . . . .
Manajemen Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUDZA) kembali menambah fasilitas VIP Paviliun Geurute
Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin (RSUZA) kini mampu melakukan pelayanan jantung paripurna secara mandiri.